Kamis, 31 Maret 2011

sejarah Imam Al-Ghozali

Sejarah Hidup Imam Al Ghazali (1)
Kategori Biografi | 10-05-2008 | 64 Komentar


Imam Al Ghazali, sebuah nama yang tidak asing di telinga kaum muslimin. Tokoh terkemuka dalam kancah filsafat dan tasawuf. Memiliki pengaruh dan pemikiran yang telah menyebar ke seantero dunia Islam. Ironisnya sejarah dan perjalanan hidupnya masih terasa asing. Kebanyakan kaum muslimin belum mengerti. Berikut adalah sebagian sisi kehidupannya. Sehingga setiap kaum muslimin yang mengikutinya, hendaknya mengambil hikmah dari sejarah hidup beliau.
Nama, Nasab dan Kelahiran Beliau
Beliau bernama Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Ath Thusi, Abu Hamid Al Ghazali (Lihat Adz Dzahabi, Siyar A’lam Nubala’ 19/323 dan As Subki, Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/191). Para ulama nasab berselisih dalam penyandaran nama Imam Al Ghazali. Sebagian mengatakan, bahwa penyandaran nama beliau kepada daerah Ghazalah di Thusi, tempat kelahiran beliau. Ini dikuatkan oleh Al Fayumi dalam Al Mishbah Al Munir. Penisbatan pendapat ini kepada salah seorang keturunan Al Ghazali. Yaitu Majdudin Muhammad bin Muhammad bin Muhyiddin Muhamad bin Abi Thahir Syarwan Syah bin Abul Fadhl bin Ubaidillah anaknya Situ Al Mana bintu Abu Hamid Al Ghazali yang mengatakan, bahwa telah salah orang yang menyandarkan nama kakek kami tersebut dengan ditasydid (Al Ghazzali).
Sebagian lagi mengatakan penyandaran nama beliau kepada pencaharian dan keahlian keluarganya yaitu menenun. Sehingga nisbatnya ditasydid (Al Ghazzali). Demikian pendapat Ibnul Atsir. Dan dinyatakan Imam Nawawi, “Tasydid dalam Al Ghazzali adalah yang benar.” Bahkan Ibnu Assam’ani mengingkari penyandaran nama yang pertama dan berkata, “Saya telah bertanya kepada penduduk Thusi tentang daerah Al Ghazalah, dan mereka mengingkari keberadaannya.” Ada yang berpendapat Al Ghazali adalah penyandaran nama kepada Ghazalah anak perempuan Ka’ab Al Akhbar, ini pendapat Al Khafaji.
Yang dijadikan sandaran para ahli nasab mutaakhirin adalah pendapat Ibnul Atsir dengan tasydid. Yaitu penyandaran nama kepada pekerjaan dan keahlian bapak dan kakeknya (Diringkas dari penjelasan pentahqiq kitab Thabaqat Asy Syafi’iyah dalam catatan kakinya 6/192-192). Dilahirkan di kota Thusi tahun 450 H dan memiliki seorang saudara yang bernama Ahmad (Lihat Adz Dzahabi, Siyar A’lam Nubala’ 19/326 dan As Subki, Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/193 dan 194).
Kehidupan dan Perjalanannya Menuntut Ilmu
Ayah beliau adalah seorang pengrajin kain shuf (yang dibuat dari kulit domba) dan menjualnya di kota Thusi. Menjelang wafat dia mewasiatkan pemeliharaan kedua anaknya kepada temannya dari kalangan orang yang baik. Dia berpesan, “Sungguh saya menyesal tidak belajar khat (tulis menulis Arab) dan saya ingin memperbaiki apa yang telah saya alami pada kedua anak saya ini. Maka saya mohon engkau mengajarinya, dan harta yang saya tinggalkan boleh dihabiskan untuk keduanya.”
Setelah meninggal, maka temannya tersebut mengajari keduanya ilmu, hingga habislah harta peninggalan yang sedikit tersebut. Kemudian dia meminta maaf tidak dapat melanjutkan wasiat orang tuanya dengan harta benda yang dimilikinya. Dia berkata, “Ketahuilah oleh kalian berdua, saya telah membelanjakan untuk kalian dari harta kalian. Saya seorang fakir dan miskin yang tidak memiliki harta. Saya menganjurkan kalian berdua untuk masuk ke madrasah seolah-olah sebagai penuntut ilmu. Sehingga memperoleh makanan yang dapat membantu kalian berdua.”
Lalu keduanya melaksanakan anjuran tersebut. Inilah yang menjadi sebab kebahagiaan dan ketinggian mereka. Demikianlah diceritakan oleh Al Ghazali, hingga beliau berkata, “Kami menuntut ilmu bukan karena Allah ta’ala , akan tetapi ilmu enggan kecuali hanya karena Allah ta’ala.” (Dinukil dari Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/193-194).
Beliau pun bercerita, bahwa ayahnya seorang fakir yang shalih. Tidak memakan kecuali hasil pekerjaannya dari kerajinan membuat pakaian kulit. Beliau berkeliling mengujungi ahli fikih dan bermajelis dengan mereka, serta memberikan nafkah semampunya. Apabila mendengar perkataan mereka (ahli fikih), beliau menangis dan berdoa memohon diberi anak yang faqih. Apabila hadir di majelis ceramah nasihat, beliau menangis dan memohon kepada Allah ta’ala untuk diberikan anak yang ahli dalam ceramah nasihat.
Kiranya Allah mengabulkan kedua doa beliau tersebut. Imam Al Ghazali menjadi seorang yang faqih dan saudaranya (Ahmad) menjadi seorang yang ahli dalam memberi ceramah nasihat (Dinukil dari Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/194).
Imam Al Ghazali memulai belajar di kala masih kecil. Mempelajari fikih dari Syaikh Ahmad bin Muhammad Ar Radzakani di kota Thusi. Kemudian berangkat ke Jurjan untuk mengambil ilmu dari Imam Abu Nashr Al Isma’ili dan menulis buku At Ta’liqat. Kemudian pulang ke Thusi (Lihat kisah selengkapnya dalam Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/195).
Beliau mendatangi kota Naisabur dan berguru kepada Imam Haramain Al Juwaini dengan penuh kesungguhan. Sehingga berhasil menguasai dengan sangat baik fikih mazhab Syafi’i dan fikih khilaf, ilmu perdebatan, ushul, manthiq, hikmah dan filsafat. Beliau pun memahami perkataan para ahli ilmu tersebut dan membantah orang yang menyelisihinya. Menyusun tulisan yang membuat kagum guru beliau, yaitu Al Juwaini (Lihat Adz Dzahabi, Siyar A’lam Nubala’ 19/323 dan As Subki, Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/191).
Setelah Imam Haramain meninggal, berangkatlah Imam Ghazali ke perkemahan Wazir Nidzamul Malik. Karena majelisnya tempat berkumpul para ahli ilmu, sehingga beliau menantang debat kepada para ulama dan mengalahkan mereka. Kemudian Nidzamul Malik mengangkatnya menjadi pengajar di madrasahnya di Baghdad dan memerintahkannya untuk pindah ke sana. Maka pada tahun 484 H beliau berangkat ke Baghdad dan mengajar di Madrasah An Nidzamiyah dalam usia tiga puluhan tahun. Disinilah beliau berkembang dan menjadi terkenal. Mencapai kedudukan yang sangat tinggi.
Pengaruh Filsafat Dalam Dirinya
Pengaruh filsafat dalam diri beliau begitu kentalnya. Beliau menyusun buku yang berisi celaan terhadap filsafat, seperti kitab At Tahafut yang membongkar kejelekan filsafat. Akan tetapi beliau menyetujui mereka dalam beberapa hal yang disangkanya benar. Hanya saja kehebatan beliau ini tidak didasari dengan ilmu atsar dan keahlian dalam hadits-hadits Nabi yang dapat menghancurkan filsafat. Beliau juga gemar meneliti kitab Ikhwanush Shafa dan kitab-kitab Ibnu Sina. Oleh karena itu, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Al Ghazali dalam perkataannya sangat dipengaruhi filsafat dari karya-karya Ibnu Sina dalam kitab Asy Syifa’, Risalah Ikhwanish Shafa dan karya Abu Hayan At Tauhidi.”(Majmu’ Fatawa 6/54).
Hal ini jelas terlihat dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin. Sehingga Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Perkataannya di Ihya Ulumuddin pada umumnya baik. Akan tetapi di dalamnya terdapat isi yang merusak, berupa filsafat, ilmu kalam, cerita bohong sufiyah dan hadits-hadits palsu.” (Majmu’ Fatawa 6/54).
Demikianlah Imam Ghazali dengan kejeniusan dan kepakarannya dalam fikih, tasawuf dan ushul, tetapi sangat sedikit pengetahuannya tentang ilmu hadits dan sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang seharusnya menjadi pengarah dan penentu kebenaran. Akibatnya beliau menyukai filsafat dan masuk ke dalamnya dengan meneliti dan membedah karya-karya Ibnu Sina dan yang sejenisnya, walaupun beliau memiliki bantahan terhadapnya. Membuat beliau semakin jauh dari ajaran Islam yang hakiki.
Adz Dzahabi berkata, “Orang ini (Al Ghazali) menulis kitab dalam mencela filsafat, yaitu kitab At Tahafut. Dia membongkar kejelekan mereka, akan tetapi dalam beberapa hal menyetujuinya, dengan prasangka hal itu benar dan sesuai dengan agama. Beliau tidaklah memiliki ilmu tentang atsar dan beliau bukanlah pakar dalam hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dapat mengarahkan akal. Beliau senang membedah dan meneliti kitab Ikhwanush Shafa. Kitab ini merupakan penyakit berbahaya dan racun yang mematikan. Kalaulah Abu Hamid bukan seorang yang jenius dan orang yang mukhlis, niscaya dia telah binasa.” (Siyar A’lam Nubala 19/328).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Abu Hamid condong kepada filsafat. Menampakkannya dalam bentuk tasawuf dan dengan ibarat Islami (ungkapan syar’i). Oleh karena itu para ulama muslimin membantahnya. Hingga murid terdekatnya, (yaitu) Abu Bakar Ibnul Arabi mengatakan, “Guru kami Abu Hamid masuk ke perut filsafat, kemudian ingin keluar dan tidak mampu.” (Majmu’ Fatawa 4/164).
Polemik Kejiwaan Imam Ghazali
Kedudukan dan ketinggian jabatan beliau ini tidak membuatnya congkak dan cinta dunia. Bahkan dalam jiwanya berkecamuk polemik (perang batin) yang membuatnya senang menekuni ilmu-ilmu kezuhudan. Sehingga menolak jabatan tinggi dan kembali kepada ibadah, ikhlas dan perbaikan jiwa. Pada bulan Dzul Qai’dah tahun 488 H beliau berhaji dan mengangkat saudaranya yang bernama Ahmad sebagai penggantinya.
Pada tahun 489 H beliau masuk kota Damaskus dan tinggal beberapa hari. Kemudian menziarahi Baitul Maqdis beberapa lama, dan kembali ke Damaskus beri’tikaf di menara barat masjid Jami’ Damaskus. Beliau banyak duduk di pojok tempat Syaikh Nashr bin Ibrahim Al Maqdisi di masjid Jami’ Umawi (yang sekarang dinamai Al Ghazaliyah). Tinggal di sana dan menulis kitab Ihya Ulumuddin, Al Arba’in, Al Qisthas dan kitab Mahakkun Nadzar. Melatih jiwa dan mengenakan pakaian para ahli ibadah. Beliau tinggal di Syam sekitar 10 tahun.
Ibnu Asakir berkata, “Abu Hamid rahimahullah berhaji dan tinggal di Syam sekitar 10 tahun. Beliau menulis dan bermujahadah dan tinggal di menara barat masjid Jami’ Al Umawi. Mendengarkan kitab Shahih Bukhari dari Abu Sahl Muhammad bin Ubaidilah Al Hafshi.” (Dinukil oleh Adz Dzahabi dalam Siyar A’lam Nubala 6/34).
Disampaikan juga oleh Ibnu Khallakan dengan perkataannya, “An Nidzam (Nidzam Mulk) mengutusnya untuk menjadi pengajar di madrasahnya di Baghdad tahun 484 H. Beliau tinggalkan jabatannya pada tahun 488 H. Lalu menjadi orang yang zuhud, berhaji dan tinggal menetap di Damaskus beberapa lama. Kemudian pindah ke Baitul Maqdis, lalu ke Mesir dan tinggal beberapa lama di Iskandariyah. Kemudian kembali ke Thusi.” (Dinukil oleh Adz Dzahabi dalam Siyar A’lam Nubala 6/34).
Ketika Wazir Fakhrul Mulk menjadi penguasa Khurasan, beliau dipanggil hadir dan diminta tinggal di Naisabur. Sampai akhirnya beliau datang ke Naisabur dan mengajar di madrasah An Nidzamiyah beberapa saat. Setelah beberapa tahun, pulang ke negerinya dengan menekuni ilmu dan menjaga waktunya untuk beribadah. Beliau mendirikan satu madrasah di samping rumahnya dan asrama untuk orang-orang shufi. Beliau habiskan sisa waktunya dengan mengkhatam Al Qur’an, berkumpul dengan ahli ibadah, mengajar para penuntut ilmu dan melakukan shalat dan puasa serta ibadah lainnya sampai meninggal dunia.
Masa Akhir Kehidupannya
Akhir kehidupan beliau dihabiskan dengan kembali mempelajari hadits dan berkumpul dengan ahlinya. Berkata Imam Adz Dzahabi, “Pada akhir kehidupannya, beliau tekun menuntut ilmu hadits dan berkumpul dengan ahlinya serta menelaah shahihain (Shahih Bukhari dan Muslim). Seandainya beliau berumur panjang, niscaya dapat menguasai semuanya dalam waktu singkat. Beliau belum sempat meriwayatkan hadits dan tidak memiliki keturunan kecuali beberapa orang putri.”
Abul Faraj Ibnul Jauzi menyampaikan kisah meninggalnya beliau dalam kitab Ats Tsabat Indal Mamat, menukil cerita Ahmad (saudaranya); Pada subuh hari Senin, saudaraku Abu Hamid berwudhu dan shalat, lalu berkata, “Bawa kemari kain kafan saya.” Lalu beliau mengambil dan menciumnya serta meletakkannya di kedua matanya, dan berkata, “Saya patuh dan taat untuk menemui Malaikat Maut.” Kemudian beliau meluruskan kakinya dan menghadap kiblat. Beliau meninggal sebelum langit menguning (menjelang pagi hari). (Dinukil oleh Adz Dzahabi dalam Siyar A’lam Nubala6/34). Beliau wafat di kota Thusi, pada hari Senin tanggal 14 Jumada Akhir tahun 505 H dan dikuburkan di pekuburan Ath Thabaran (Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/201).

Kamis, 04 November 2010

Peranan Mahasiswa

KATA PENGANTAR


Bismillahirrahmaanirrahiim,
Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat illahi rabbi yang mana berkat rahmat dan hidayahnya penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang diajukan pada mata kuliah “Bahasa Indonesia” dengan judul peranan mahasiswa era modern.”Shalawat beserta salam marilah kita curahkan selalu kepada baginda alam yakni nabi Muhammad saw.

Makalah ini adalah sebuah karya yang kami susun berkat kerja sama dan bantuan dari pihak-pihak yang terkait.Maka dari itu kami mengucapkan banyak terimakasih pada semua pihak yang ikut berperan aktif dalamm terwujudnya makalah ini.Terutama pada orang tua yang telah memberikan dukungan baik moril maupum materil serta sahabat-sahabat kami yang senantiasa memberikan motivasi.

Makalah yang kami susun ini bukanlah sesuatu yang sempurna, akan tetapi makalah ini terlahir dari kerja keras kami.Dalam penyusunan makalah ini tentunya masih banyak kekurangan-kekurangan yang harus di perbaharui maka dari itu, kami mengharapkan kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan saran supaya dalamm pembuatan makalah yang selanjutnya bisa menjadi lebih baik lagi.Terimakasih.

Billahitaufiq wal hidayah
Wassalammu’alaikum Wr.Wb.







DAFTAR ISI
1.Kata Pengantar ………………………………………………………………………….. 1
2. Daftar Isi ……………………………………………………………………………….. 2
3. BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………….. 3
A. Latar Belakang ………………………………………………………………… 3
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………………... 5
C. Tujuan Penulisan ………………………………………………………………. 5
4. BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………… 6
A. Peran Mahasiswa ………………………………………………………………. 6
B. Tntangan Mahasiswa Dalam Dunia Pendidikan ………………………………. 8
C. Problem Internal Pendidikan Agama ………………………………………….. 9
D. Peran Mahasiswa ……………………………………………………………… 12
D.1 Mahasiswa Sebagai “Iron Stock” ……………………………………. 12
D.2 Mahasiswa Sebagai “Guardian of Value” …………………………… 13
D.3 Mahasiswa Sebagai “Agent of Change” …………………………….. 14
E. Fungsi Mahasiswa ……………………………………………………………... 15
F. Posisi Mahasiswa ………………………………………………………………. 16
5. BAB III PENUTUP …………………………………………………………………… 18
A. Kesimpulan ……………………………………………………………………. 18
B. Saran …………………………………………………………………………… 19
6. Daftar Pustaka ………………………………………………………………………….. 20







BAB II
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fenomena yang terjadi pada zaman sekarang ini telah terlihat bahwa arus globalisasi masuk dengan derasnya. Tanpa adanya filterisasi yang kuat dan penanaman moral, agama dan nilai-nilai sosial yang kuat, kita akan terjerumus di dalamnya. Sudah sering sekali juga kita jumpai tempat-tempat hiburan malam seperti diskotik, pub, cafe, dan kemungkinan tempat-tempat prostitusi. Narkotika dan obat-obatan yang terlarang tak luput jua dari sebuah fenomena mahasiswa kini. Era globalisasi besar saat ini mengancam penerus bangsa membuat sebuah kekacauan di dunia akademisi. Mahasiswa banyak yang terlena akan tugas utama yang diembannya. Aksi sebuah media massa yang sudah menjamur di kalangan masyarakat umum turut ikut campur. Tontonan yang bersifat vulgar, dan seronok melatar belakangi hal-hal tersebut. Di era tahun 1960-an sampai dengan 1980-an, mahasiswa sangat progresif sekali dalam minat belajar, ketidakmampuan mereka dalam hal keuangan, kendala-kendala dalam sarana dan pra sarana akademisi diterjang bebas demi cita-cita mereka. Tetapi jika bandingkan saat ini yang serba prakitis dan efisien, membuat mahasiswa menjadi malas dan terlena akan keserba praktisannya itu. Meskipun itu hanya sebuah fenomena yang sifatnya relatif dan tidak menutup kemungkinan bahwa masih banyak juga yang progresif dalam belajar dan dunia akademisi. Seperti halnya di kota kita ini yang menjadi sasaran empuk para pengusaha-pengusaha hiburan malam. Di antara banyak yang menyediakan berbagai macam acara agar para konsumen (mahasiswa khususnya) dapat terjebak ke dunia hedon. Ke khawatiran yang lainnya juga penaman jiwa mahasiswa dan tugas-tugas yang diemban dalam ranah berkewarganegaraan. Mahasiswa sebagai pengontrol kebijakan pemerintah kini tidak lagi tampak taringnya. Ini adalah hal substansi kedua dimana tugas-tugas mahasiswa yang pokok selain belajar. Masalah krusial ini harus disadarkan kembali kepada mahasiswa dengan berbagai macam cara, salah satunya adalah pendekatan secara psikologis. Pemberdayaan mahasiswa melalui sektor informal akan lebih bersinergi, melalui ranah aktivitas-aktivitas kampus, maupun luar kampus. Ini akan lebih efektif daripada hanya kuliah dan setelah kuliah lalu pulang. Pendidik disini seharusnya memberikan sebuah pengarahan yang signifikan terhadap mahasiswa, dan memberikan sebuah celah-celah kegiatan yang berhubungan dengan akademisi. Hal-hal tersebut akan membuat sebuah kemandirian dan rasa tanggung jawab yang penuh yang berfungsi di masyarakat di masa depannya. Revolusi kesadaran mahasiswa dengan peningkatan secara kualitatif dan kualitatif aspek yang memberikan ide-ide dan solusi yang sifatnya pembaharu. Kita perlu merefleksikan diri kita, apakah kita menjadi seorang yang hedon, dan yang apatis terhadap bangsa dan negara, serta berkiblat pada westernisasi yang sifatnya negatif. Seharusnya di era modern ini yang sifatnya praktis dan mudah, penulis yakin mahasiswa dapat progresif dalam dunia akademisi. Tinggal bagaimana kesadaran kita dan kewajiban kita dituntut untuk merekonstruksi sendi-sendi akademisi ini, agar kita meciptakan sebuah revolusi pendidikan dan progresif dalam membangun negeri ini di tengah terjangan modernitas.








B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah peran mahasiswa islam dalam menghadapi era globalisasi ?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi kebudayaan mahasiswa ?
3. Tantangan apa saja yang dihadapi Mahasiswa dalam menghadapi era modern ?
4. Apa saja Fungsi mahasiswa dalam era modern ?
5. Sejauh apakah posisi mahasiswa saat ini.

C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan tentang peranan mahasiswa islam dalam era Globalisasi.
2. Menjelaskan faktor apa saja yang mempengaruhi kebudayaan mahasiswa.
3. Menjelaskan tentang tantangan yang di hadapi mahasiswa dalam era modern.
4. Menjelaskan tentang fungsi mahasiswa dalam era modern.
5. Menjelaskan tentang posisi mahasiswa.
























BAB II
PEMBAHASAN

A. Peran Mahasiswa
Mahasiswa dipilih sebagai pelaku karena memiliki potensi yang besar sebagai agen perubahan. Mahasiswa sebagai segmen pemuda yang tercerahkan Karena memiliki kemampuan intelektual. Mahasiswa sebagai orang yang memiliki kemampuan logis dalam berfikir sehingga dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Sebagai bagian dari pemuda, mahasiswa juga memiliki karakter positif lainnya, antara lain idealis dan energik.dealis berari (sehrusnya) mahasiswa masih belum terkotori oleh kepentingan pribadi, juga belum terbebabni oleh beban sejarah atau beban posisi. Artinya mahasiswa masih bebas menempatkan diri pada posisi yang dia anggap terbaik, tanpa adanya resistansi yang lebih besar. Sedangkan energik berarti pemuda biasanya siap sedia melakukan “kewajiban” yang dibebankan oleh suatu ideology manakala dia telah meyakini kebenaran ideology itu.
Dengan potensi itu, wajar jika pada setiap zaman kemudian pemuda memegang peranan penting dalam perubahan kaumnya. Kita lihat kisah Ibrahim as sang pembaharu, atau kisah pemudi kahfi (Q.S. 18: 9-26) yang masing-masing sigap menerima kebenaran.
Ada ulama yang kemudian menyampaikan bahwa pemuda memiliki 3 peran:
1.Sebagai generai penerus (Q.S Ath Thur : 21); meneruskan nilai-nilai kebaikan yag ada pada suatu kaum.
2.Sebagai generasi pengganti (Q.S. Maidah : 54); menggantikan kaum yang memang sudah rusak dengan karakter mencintai dan dicintai Allah, lemah lembut kepada kaum mu’min, tegas kepada kaum kafir, dan tidak takut celaan orang yang mencela.
3.Sebagai generai pembahari (Q.S. Maryam : 42); memperbaiki dan memperbaharui kerusakan yang ada pada suatu kaum.
Islam adalah sebuah ideology yang memberikan energi besar bagi perubahan. Hal ini dimungkinkan karena karakter Islam yang syumul, mewarnai seluruh aspek kehidupn dan mengatur seluruh bagian manusia.
Berbicara tentang perubahan, tentunya akan memunculkan pertanyaan mengapa harus ada perubahan? Kondisi saat ini sangat jauh dari ideal. Tidak perlu kita pungkiri bahwa masyarakt (termasuk atau terutama di Indonesia) saat ini masih cukup jauh dari Islam. Contoh yang jelas tampak di permukaan adalah pada moral masyarakat, misalnya korupsi yang membudaya atau adanya pergaulan bebas. Oleh karena itu tidak salah jika ada ulama yanh mengatakan kondisi sekarang sebagai jahiliyah modern.
Melakukan perubahan adalah perintah si dalam ajaran Islam, sebagaimana dalam sebiuah hadits Rasulullah SAW menyatakan bahwa orang yang hari ini lebih baik dari kemarin adalah orang yang beruntung, orang yang hari ini sama dengan kemarin berarti rudi, dan orang yang hari ini lebih buruk dari kemarin adalah celaka. Artinya kalau kita membiarkan kondisi statis tanpa perubahan –apalagi membiarkan perubahan ke arah yang lebih buruk- berarti kita tidak termasuk orang yang beruntung. Juga di dalam Ali Imran:104 Allah memerintahkan agar ada kaum yang menyeru kepada kebaikan –sebagai sebuah perubahan.
Dengan mengetahui sedimikian hebat dan canggihnya usaha musuh-musuh Islam khususnya Yahudi di dalam memurtadkan atau minimal mensekulerkan kaum muslimin, dan hasil usaha mereka telah mencengkeram berurat berakar pada tubuh kaum muslimin, tibul pertanyaan : Apakah kondisi yang demikian parah tidak dapat dirubah? Lalu siapakah yang mampu merubah kondisi tersebut? Dan bagaimana caranya?
Sudah merupakan sunatullah bahwa pergiliran kemenangan merupakan suatu kepastian yang akan terjadi. Maka perubahan menuju kejayaan Islam dan kaum muslimin bukanlah suatu hal yang mustahil. Yang paling bertanggungjawab akan kebangkitan Islam bukanlah orang lain melainkan tentu saja umat Islam itu sendiri, khususnya para pemuda pemudi dan lebih khusus lagi para mahasiswa dan mahasiswi Islam.
Sejarah membuktikan unsur utama perubah kekalahan menjadi kemenangan adalah generasi muda. Sejak zaman para nabi hingga sekarang para pemudalah yang menjadi garda depan perubahan kondisi ummat.
Para pemuda seharusnya menyadari bahwa inilah saat yang paling tepat untuk beubah dan ikut merubah kondisi. Rasulullah bersabda: Gunakanlah lima perkara sebelum dating lima perkara yaitu :
1.Hidupmu sebelum matimu
2.Kesehatanmu sebelum sakitmu
3.Masa luangmu sebelum kesibukanmu
4.Masa mudamu sebelum masa tuamu
5.Masa kayamu sebelum masa miskinmu
Untuk perisai bagi terjaganya waktu muda maka perlu memperhatikan suatu riwayat tentang adanya pertanyaan penting di akhirat kelak khususnya kepada para pemuda yakni:
1.Umurnya, untuk apa ia habiskan?
2.Tentang masa mudanya, juga untuk apa ia manfaatkan?
3.Hartanya, darimana ia peroleh dan kemana ia infakkan (keluarkan)?
4.Ilmunya, apa yang telah ia lakukan dengan ilmunya itu?

Masa muda memang penuh tantangan yang harus digunakan untuk mencapai kedewasaan, kematangan dan kepribadian Islami yang benar-benar tangguh. Seorang pemuda yang banyak melakukan penyimpangan akhlak, pemikiran dan tugas-tugas dimana letak keindahannya? Untuk itu Ia harus memperbaiki diri bersama Islam, bersama orang-orang shaleh, yang bersama-sama meningkatkan kualitas akhlaknya, Ilmu, wawasan, amal, kekuatan fisik dan kemandirian.
B. Tantangan Mahasiswa Dalam Dunia Pendidikan
Hampir semua ahli memprediksi di Indonesia tidak akan lagi terjadi involusi (berputar-putar) kebudayaan, dan justru negara ini akan segera memasuki era yang berkebudayaan mo dern. Dengan kata lain, masyarakat sedang mengalami transisi dari masyarakat agraris tradisional ke arah industrial modern.
Pengalaman negara-negara maju menunjukkan masyarakat industrial modern akan membawa konsekuensi munculnya nilai-nilai baru.
Pertama rasionalisme akan menyebabkan dipertanyakannya sejumlah nilai yang berkembang dari doktrin-doktrin agama.
Kedua sekularisme, yang berarti mengecilnya wilayah agama yang kemudian hanya terbatas pada soal-soal pribadi dan keluarga, dan sama sekali doktrin-doktrin agama itu menjadi tidak relevan dengan soal-soal kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Ketiga, terdesaknya nilai-nilai idealisme oleh pragmatisme, nilai-nilai kebersamaan oleh individualisme, nilai-nilai sakral (suci) oleh profance (dunia). Nilai-nilai itu sesungguhnya berkembang bersamaan dengan paham materialisme, hedonisme dan konsumerisme.
Dilihat dari sudut berkembangnya nilai-nilai yang tumbuh dalam masyarakat industrial modern itu, ada tantangan yang mungkin dihadapi pendidikan Islam. Pertama, lembaga-lembaga pendidikan formal agama akan kehilangan daya tarik bagi masyarakat. Sebab pengetahuan agama tidak menjanjikan masa depan material yang cukup untuk mengikuti arus budaya mo dern. Kedua, pendidikan agama di sekolah umum juga semakin kurang diminati oleh pelajar. Hal ini disebabkan oleh pandangan anak didik bahwa sukses di mata pelajaran agama tidak akan ikut menentukan karir pendidikan dan kehidupan.
C. Problem Internal Pendidikan Agama
Jika ditinjau dari sudut kualitas, sesungguhnya ada tantangan internal yang harus segera dijawab jika kita tidak ingin pendidikan agama akan kehilangan relevansinya.Salah satu di antaranya ialah kenyataan bahwa agama itu tidak disuguhkan menjadi suatu materi pendidikan yang menarik. Banyak sekali pengulangan materi dari tingkat terbawah sampai tingkat teratas. Hal ini menyebabkan pelajaran agama menjadi hal yang menjemukan.
Hal ini ditambah pula dengan kenyataan pendidikan agama lebih bersifat indoktrinatif dari pada rangsangan untuk berpikir kritis. Keadaan demikian, kecuali menyebabkan pendidikan agama itu menjadi tidak menarik, juga menyebabkan kurang mendukung perkembangan intelektualisme.
Padahal perkembangan Indonesia di masa-masa yang akan datang justru sangat memerlukan pijakan intelektual yang lebih kokoh. Dan karena keadaan itu, maka pertumbuhan intelektualisme Islam dari lembaga-lembaga pendidikan Islam tidak seperti yang diharapkan. Oleh karena itu tampaknya perlu reorientasi mendasar terhadap pendidikan agama. Kecuali perlunya penjenjangan materi, pendidikan agama itu sendiri jangan hanya bersifat normatif tetapi juga bersifat historis.
Anak didik harus sudah mulai diperkenalkan sejak dini kaitan antara ajaran-ajaran Islam normatif dan tradisi-tradisi Islam yang lahir dalam konteks historis. Dengan demikian, anak didik akan terbiasa berfikir kritis, suatu kemampuan yang sangat dibutuhkan masyarakat kita di masa depan.Di samping kenyataan di atas, ada suatu penekanan pendidikan yang tidak memberikan pijakan yang kondusif bagi lahirnya manusia yang memiliki prospek intelektualisme yang cerah.
Di sekolah-sekolah agama, juga di sekolah-sekolah umum, pendidikan tampaknya memberikan bobot yang berat pada pendidikan untuk komitmen masa lalu.
Pelajaran PPkn, sejarah nasional, sejarah Islam, dan budi pekerti diberikan bukan dalam wataknya yang dinamis tetapi konservatif.Persoalan lain yang tampaknya menjadi kendala bagi lahirnya manusia untuk terjun ke dalam era industrial ialah pendidikan yang tidak merangsang berkembangnya kreativitas.Kelihatannya dari sekian banyak materi pelajaran merupakan ilmu yang sudah jadi. Di lain pihak, masih sedikit materi itu diberikan dengan metode merangsang pelajar untuk melakukan penelitian secara mandiri maupun kolektif.
Persoalan lain yang memerlukan perhatian kita ialah mengapa bangsa kita memiliki etos kerja yang rendah. Beberapa pihak menuding sistem pendidikan kita sebagai kambing hitam.Jika tudingan itu dianggap sebagai kritik membangun, maka masalahnya bahwa pendidikan kita kurang mendukung lahirnya mental berspekulasi. Mulai dini anak sudah disuguhi bahwa role model (teladan peran) mereka adalah orang-orang profesional yang bekerja pada sektor-sektor yang memberikan jaminan ekonomi stabil, walaupun pas-pasan. Sangat langka mereka diberikan role model yang memiliki jiwa entrepreneur.
Jika semua itu dikaitkan dengan pendidikan agama, masalahnya bagaimana menjadikan agama itu sebagai spirit atau roh bagai lahirnya manusia yang memiliki orientasi ke depan.
Jika tidak, pendidikan agama hanya akan berfungsi marginal dan akan melahirkan manusia-manusia yang terasing dari arus perkembangan zaman atau yang selalu reaktif terhadap munculnya budaya baru.
Untuk memperkirakan masa depan dunia pendidikan agama, ada dua hal yang harus di perhatikan.
Pertama, sikap pemerintah yang melihat apakah pendidikan itu sebagai instrumen untuk memenuhi kebutuhan pasaran kerja atau sebagai suatu yang menentukan arah pembangunan kita.
Kedua, pandangan masyakat kita sendiri terhadap makna agama dalam kehidupan modern.
Kedua hal itu akan menentukan masa depan pendidikan agama. Dengan beberapa kemungkinan kebijakan pemerintah di masa yang akan datang dan kecenderungan pemahaman agama dalam masyarakat modern, maka kita bisa memperkirakan beberapa kemungkinan yang akan dialami oleh pendidikan agama.
Pertama, lembaga pendidikan agama akan tetap bertahan seperti sekarang, kedua lembaga pendidikan agama akan semakin tidak menarik, dan ketiga lembaga pendidikan agama harus berubah agar tetap hidup. Ketiga kemungkinan itu akan sangat tergantung pada kemampuan kita untuk menjawab tantangan baik eksternal maupun internal.
Sebagai seorang pendidik, tugas kita sudah sangat jelas, yaitu membangun manusia ideal menurut standar agama. Untuk mewujudkan cita-cita itu, pendidikan agama muntlak diperlukan.Semakin hari tantangan itu semakin besar tetapi tugas kita ialah dalam mengembangkan misi itu harus dilandasi keyakinan bahwa dalam perkembangan yang bagaimana pun agama itu tetap diperlukan. Sebab tanpa agama manusia itu sendiri sudah mengingkari makna atau eksistensinya di muka bumi ini.
Warga kota yang belum sejahtera pada umumnya datang ke tempat perbelanjaan lebih sebagai “pencuci mata” atau sekadar ingin tahu sesuatu yang mungkin baru dalam pajangan meski dengan modal minim atau bahkan tanpa modal. Secara kumulatif, frekuensi masuknya para konsumen dengan daya beli yang rendah dapat terangsang oleh apa yang disaksikan. Karena nafsu kian besar oleh rangsangan etalase tetapi daya beli tetap saja statis atau bahkan semakin berkurang, maka bisa terjadi “social jealousy” atau iri sosial. Iri sosial inilah yang menjadi sumber konflik internal di dalam diri seorang warga. Dengan mudah akumulasi rasa iri sosial dan dengki dapat memicu konflik internal atau konflik kejiwaan seseorang menjadi konflik nyata yang bisa dibelokkan menjadi isu yang beraroma SARA.
Konsumerisme, hedonisme, dan materialisme yang sedang merasuk “living style” atau peradaban bangsa kita saat ini di tengah krisis menimbulkan ketegangan sosial dan psikologis yang tidak kecil. Nafsu akan materi, termasuk haus materi yang dikonsumsi (konsumerisme), dan nafsu akan pemuasan kesenangan biologis (hedonisme) yang menuntut biaya tinggi dihadapkan pada kenyataan suram di dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Nafsu yang terus bertambah tanpa kendali berseberangan dengan daya beli masyarakat yang minim atau sangat minim.
Karena itu, selain penataan kota harus dikaji kembali, antara lain dengan menyeimbangkan perkembangan pertokoan dan perkembangan industri, moralitas masyarakat dan supremasi hukum harus ditegakkan sebagai benteng menghadapi ketegangan atau tensi psikologis antara nafsu yang menggebu dan kenyataan daya beli yang “loyo”. Betapa bahayanya, jika masyarakat akhirnya jatuh pada kebiasaan buruk, yaitu “besar pasak dari tiang.” Kebiasaan buruk inilah yang jadi pupuk penyubur tumbuh dan berkembanganya kejahatan korupsi.
D. Peran Mahasiswa
D.1 Mahasiswa Sebagai “Iron Stock”
Mahasiswa dapat menjadi Iron Stock, yaitu mahasiswa diharapkan menjadi manusia-manusia tangguh yang memiliki kemampuan dan akhlak mulia yang nantinya dapat menggantikan generasi-generasi sebelumnya. Intinya mahasiswa itu merupakan aset, cadangan, harapan bangsa untuk masa depan. Tak dapat dipungkiri bahwa seluruh organisasi yang ada akan bersifat mengalir, yaitu ditandai dengan pergantian kekuasaan dari golongan tua ke golongan muda, oleh karena itu kaderisasi harus dilakukan terus-menerus. Dunia kampus dan kemahasiswaannya merupakan momentum kaderisasi yang sangat sayang bila tidak dimanfaatkan bagi mereka yang memiliki kesempatan.
Dalam konsep Islam sendiri, peran pemuda sebagai generasi pengganti tersirat dalam Al-Maidah:54, yaitu pemuda sebagai pengganti generasi yang sudah rusak dan memiliki karakter mencintai dan dicintai, lemah lembut kepada orang yang beriman, dan bersikap keras terhadap kaum kafir.
Sejarah telah membuktikan bahwa di tangan generasi mudalah perubahan-perubahan besar terjadi, dari zaman nabi, kolonialisme, hingga reformasi, pemudalah yang menjadi garda depan perubah kondisi bangsa.
Lantas sekarang apa yang kita bisa lakukan dalam memenuhi peran Iron Stock tersebut ? Jawabannya tak lain adalah dengan memperkaya diri kita dengan berbagai pengetahuan baik itu dari segi keprofesian maupun kemasyarakatan, dan tak lupa untuk mempelajari berbagai kesalahan yang pernah terjadi di generasi-generasi sebelumnya.
Lalu kenapa harus Iron Stock ?? Bukan Golden Stock saja, kan lebih bagus dan mahal ?? Mungkin didasarkan atas sifat besi itu sendiri yang akan berkarat dalam jangka waktu lama, sehingga diperlukanlah penggantian dengan besi-besi baru yang lebih bagus dan kokoh. Hal itu sesuai dengan kodrat manusia yang memiliki keterbatasan waktu, tenaga, dan pikiran.

D.2 Mahasiswa Sebagai “Guardian of Value”
Mahasiswa sebagai Guardian of Value berarti mahasiswa berperan sebagai penjaga nilai-nilai di masyarakat. Lalu sekarang pertanyaannya adalah, “Nilai seperti apa yang harus dijaga ??” Untuk menjawab pertanyaan tersebut kita harus melihat mahasiswa sebagai insan akademis yang selalu berpikir ilmiah dalam mencari kebenaran. Kita harus memulainya dari hal tersebut karena bila kita renungkan kembali sifat nilai yang harus dijaga tersebut haruslah mutlak kebenarannya sehingga mahasiswa diwajibkan menjaganya.
Sedikit sudah jelas, bahwa nilai yang harus dijaga adalah sesuatu yang bersifat benar mutlak, dan tidak ada keraguan lagi di dalamnya. Nilai itu jelaslah bukan hasil dari pragmatisme, nilai itu haruslah bersumber dari suatu dzat yang Maha Benar dan Maha Mengetahui.

Selain nilai yang di atas, masih ada satu nilai lagi yang memenuhi kriteria sebagai nilai yang wajib dijaga oleh mahasiswa, nilai tersebut adalah nilai-nilai dari kebenaran ilmiah. Walaupun memang kebenaran ilmiah tersebut merupakan representasi dari kebesaran dan keeksisan Allah, sebagai dzat yang Maha Mengetahui. Kita sebagai mahasiswa harus mampu mencari berbagai kebenaran berlandaskan watak ilmiah yang bersumber dari ilmu-ilmu yang kita dapatkan dan selanjutnya harus kita terapkan dan jaga di masyarakat.
Pemikiran Guardian of Value yang berkembang selama ini hanyalah sebagai penjaga nilai-nilai yang sudah ada sebelumya, atau menjaga nilai-nilai kebaikan seperti kejujuran, kesigapan, dan lain sebagainya. Hal itu tidaklah salah, namun apakah sesederhana itu nilai yang harus mahasiswa jaga ? Lantas apa hubungannya nilai-nilai tersebut dengan watak ilmu yang seharusnya dimiliki oleh mahasiswa ? Oleh karena itu saya berpendapat bahwa Guardian of Value adalah penyampai, dan penjaga nilai-nilai kebenaran mutlak dimana nilai-nilai tersebut diperoleh berdasarkan watak ilmu yang dimiliki mahasiswa itu sendiri. Watak ilmu sendiri adalah selalu mencari kebanaran ilmiah.
Penjelasan Guardian of Value hanya sebagai penjaga nilai-nilai yang sudah ada juga memiliki kelemahan yaitu bilamana terjadi sebuah pergeseran nilai, dan nilai yang telah bergeser tersebut sudah terlanjur menjadi sebuah perimeter kebaikan di masyarakat, maka kita akan kesulitan dalam memandang arti kebenaran nilai itu sendiri.

D.3 Mahasiswa Sebagai “Agent of Change”
Mahasiswa sebagai Agent of Change,,, hmm.. Artinya adalah mahasiswa sebagai agen dari suatu perubahan. Lalu kini masalah kembali muncul, “Kenapa harus ada perubahan ???”. Untuk menjawab pertanyaan itu mari kita pandang kondisi bangsa saat ini. Menurut saya kondisi bangsa saat ini jauh sekali dari kondisi ideal, dimana banyak sekali penyakit-penyakit masyarakat yang menghinggapi hati bangsa ini, mulai dari pejabat-pejabat atas hingga bawah, dan tentunya tertular pula kepada banyak rakyatnya. Sudah seharusnyalah kita melakukan terhadap hal ini. Lalu alasan selanjutnya mengapa kita harus melakukan perubahan adalah karena perubahan itu sendiri merupakan harga mutlak dan pasti akan terjadi walaupun kita diam. Bila kita diam secara tidak sadar kita telah berkontribusi dalam melakukan perubahan, namun tentunya perubahan yang terjadi akan berbeda dengan ideologi yang kita anut dan kita anggap benar.

Perubahan merupakan sebuah perintah yang diberikan oleh Allah swt. Berdasarkan Qur’an surat Ar-Ra’d : 11, dimana dijelaskan bahwa suatu kaum harus mau berubah bila mereka menginginkan sesuatu keadaan yang lebih baik. Lalu berdasarkan hadis yang menyebutkan bahwa orang yang hari ini lebih baik dari hari kemarin adalah orang yang beruntung, sedangkan orang yang hari ini tidak lebih baik dari kemarin adalah orang yang merugi. Oleh karena itu betapa pentingnya arti sebuah perubahan yang harus kita lakukan.
Mahasiswa adalah golongan yang harus menjadi garda terdepan dalam melakukan perubahan dikarenakan mahasiswa merupakan kaum yang “eksklusif”, hanya 5% dari pemuda yang bisa menyandang status mahasiswa, dan dari jumlah itu bisa dihitung pula berapa persen lagi yang mau mengkaji tentang peran-peran mahasiswa di bangsa dan negaranya ini. Mahasiswa-mahasiswa yang telah sadar tersebut sudah seharusnya tidak lepas tangan begitu saja. Mereka tidak boleh membiarkan bangsa ini melakukan perubahan ke arah yang salah. Merekalah yang seharusnya melakukan perubahan-perubahan tersebut.
Perubahan itu sendiri sebenarnya dapat dilihat dari dua pandangan. Pandangan pertama menyatakan bahwa tatanan kehidupan bermasyarakat sangat dipengaruhi oleh hal-hal bersifat materialistik seperti teknologi, misalnya kincir angin akan menciptakan masyarakat feodal, mesin industri akan menciptakan mayarakat kapitalis, internet akan menciptakan menciptakan masyarakat yang informatif, dan lain sebagainya. Pandangan selanjutnya menyatakan bahwa ideologi atau nilai sebagai faktor yang mempengaruhi perubahan. Sebagai mahasiswa nampaknya kita harus bisa mengakomodasi kedua pandangan tersebut demi terjadinya perubahan yang diharapkan. Itu semua karena kita berpotensi lebih untuk mewujudkan hal-hal tersebut.
Sudah jelas kenapa perubahan itu perlu dilakukan dan kenapa pula mahasiswa harus menjadi garda terdepan dalam perubahan tersebut, lantas dalam melakukan perubahan tersebut haruslah dibuat metode yang tidak tergesa-gesa, dimulai dari ruang lingkup terkecil yaitu diri sendiri, lalu menyebar terus hingga akhirnya sampai ke ruang lingkup yang kita harapkan, yaitu bangsa ini.
E. Fungsi Mahasiswa
Berdasarkan tugas perguruan tinggi yang diungkapkan M.Hatta yaitu membentuk manusisa susila dan demokrat yang
1. Memiliki keinsafan tanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat
2. Cakap dan mandiri dalam memelihara dan memajukan ilmu pengetahuan
3. Cakap memangku jabatan atau pekerjaan di masyarakat
Berdasarkan pemikiran M.Hatta tersebut, dapat kita sederhanakan bahwa tugas perguruan tinggi adalah membentuk insan akademis, yang selanjutnya hal tersebut akan menjadi sebuah fungsi bagi mahasiswa itu sendiri. Insan akademis itu sendiri memiliki dua ciri yaitu : memiliki sense of crisis, dan selalu mengembangkan dirinya.
Insan akademis harus memiliki sense of crisis yaitu peka dan kritis terhadap masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya saat ini. Hal ini akan tumbuh dengan sendirinya bila mahasiswa itu mengikuti watak ilmu, yaitu selalu mencari pembenaran-pembenaran ilmiah. Dengan mengikuti watak ilmu tersebut maka mahasiswa diharapkan dapat memahami berbagai masalah yang terjadi dan terlebih lagi menemukan solusi-solusi yang tepat untuk menyelesaikannya.
Insan akademis harus selalu mengembangkan dirinya sehingga mereka bisa menjadi generasi yang tanggap dan mampu menghadapi tantangan masa depan.Dalam hal insan akademis sebagai orang yang selalu mengikuti watak ilmu, ini juga berhubungan dengan peran mahasiswa sebagai penjaga nilai, dimana mahasiswa harus mencari nilai-nilai kebenaran itu sendiri, kemudian meneruskannya kepada masyarakat, dan yang terpenting adalah menjaga nilai kebenaran tersebut.
F. Posisi Mahasiswa
Mahasiswa dengan segala kelebihan dan potensinya tentu saja tidak bisa disamakan dengan rakyat dalam hal perjuangan dan kontribusi terhadap bangsa. Mahasiswa pun masih tergolong kaum idealis, dimana keyakinan dan pemikiran mereka belum dipengarohi oleh parpol, ormas, dan lain sebagainya. Sehingga mahasiswa menurut saya tepat bila dikatakan memiliki posisi diantara masyarakat dan pemerintah.
Mahasiswa dalam hal hubungan masyarakat ke pemerintah dapat berperan sebagai kontrol politik, yaitu mengawasi dan membahas segala pengambilan keputusan beserta keputusan-keputusan yang telah dihasilkan sebelumnya. Mahasiswa pun dapat berperan sebagai penyampai aspirasi rakyat, dengan melakukan interaksi sosial dengan masyarakat dilanjutkan dengan analisis masalah yang tepat maka diharapkan mahasiswa mampu menyampaikan realita yang terjadi di masyarakat beserta solusi ilmiah dan bertanggung jawab dalam menjawab berbagai masalah yang terjadi di masyarakat.

Mahasiswa dalam hal hubungan pemerintah ke masyarakat dapat berperan sebagai penyambung lidah pemerintah. Mahasiswa diharapkan mampu membantu menyosialisasikan berbagai kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Tak jarang kebijakan-kebijakan pemerintah mengandung banyak salah pengertian dari masyarakat, oleh karena itu tugas mahasiswalah yang marus “menerjemahkan” maksud dan tujuan berbagai kebijakan kontroversial tersebut agar mudah dimengerti masyarakat.
Posisi mahasiswa cukuplah rentan, sebab mahasiswa berdiri di antara idealisme dan realita. Tak jarang kita berat sebelah, saat kita membela idealisme ternyata kita melihat realita masyarakat yang semakin buruk. Saat kita berpihak pada realita, ternyata kita secara tak sadar sudah meninggalkan idealisme kita dan juga kadang sudah meninggalkan watak ilmu yang seharusnya kita miliki. Contoh kasusnya yang paling gampang adalah saat terjadi penaikkan harga BBM beberapa bulan yang lalu.

Mengenai posisi mahasiswa saat ini saya berpendapat bahwa mahasiswa terlalu menganggap dirinya “elit” sehingga terciptalah jurang lebar dengan masyarakat. Perjuangan-perjuangan yang dilakukan mahasiswa kini sudah kehilangan esensinya, sehingga masyarakat sudah tidak menganggapnya suatu harapan pembaruan lagi. Sedangkan golongan-golongan atas seperti pengusaha, dokter, dsb. Merasa sudah tidak ada lagi kesamaan gerakan. Perjuangan mahasiswa kini sudah berdiri sendiri dan tidak lagi “satu nafas” bersama rakyat.











BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ketrampilan mahasiswa merupakan satu persoalan yang besar yang patut kita fikirkan bersama. Bagaimanakah ketrampilan mahasiswa yang wibawa? Adakah dengan berpakaian jubah bertopi pada hari graduasi atau sekadar sama seperti orang lain?
Mahasiswa harus trampil dengan ciri-ciri hebat sebagaimana kita lihat sarjana-sarjana hebat Islam pada satu zaman dahulu. Mereka bukan sahaja menjadi 'icon' bahkan model sehinggakan mereka disebut-sebut namanya sehingga hari ini. Ketrampilan mereka bukan sahaja dari sudut penampilan peribadi seorang tokoh akademik, tetapi wibawa mereka membawa tanggungjawab dan amanah seorang yang berprinsip serta berpegang kepada tali Allah.
Ketrampilan tokoh-tokoh ini lahir dari prinsip keagamaan mereka yang sangat kuat. Kefahaman agama yang mendalam serta meluas. Apa sahaja pengamalan dan kajian mereka akan berasaskan kepada Al-Hak dan kepada-Nya lah mereka akan memohon petunjuk dan
pembelajaran. Sejak dari kecil lagi mereka telah berada hampir dengan agama mereka iaitu Islam. Maka tidak heranlah jika kita lihat hari ini, ramai diantara kita bergelar sarjana, tetapi pencapaian kita sangat jauh ketinggalan dari apa yang mereka perolehi. Kita wajar dan wajib percaya bahawa, ketrampilan yang hebat datang dari kelompok manusia yang berfikir tidak henti-henti dan mencari kebenaran tentang Yang Maha Pencipta.
Kesimpulannya, siapa pemuda yang kita lahirkan hari ini, akan membina negara dan masyarakat masa depan. Peranan mahasiswa sebagai orang berilmu sangat penting dalam menbina teras pembentukan khayra ummah. Mahasiswa perlu memperjelaskan matlamat
hidup, menjadi mahasiswa yang trampil dan wibawa dalam agamanya, ilmu menjadi teras pembinaan jatidirinya (pembudayaan ilmu), serta menjadi pencetus ide pergerakan dan perkembangan (ajen perubah) dalam masyarakat setempatnya. Sikap yang betul terhadap ilmu akan menjadi ilmu itu sebagai ajen kepada diri sendiri.
Hampir semua ahli memprediksi di Indonesia tidak akan lagi terjadi involusi (berputar-putar) kebudayaan, dan justru negara ini akan segera memasuki era yang berkebudayaan mo dern. Dengan kata lain, masyarakat sedang mengalami transisi dari masyarakat agraris tradisional ke arah industrial modern.
Pengalaman negara-negara maju menunjukkan masyarakat industrial modern akan membawa konsekuensi munculnya nilai-nilai baru.
Pertama rasionalisme akan menyebabkan dipertanyakannya sejumlah nilai yang berkembang dari doktrin-doktrin agama.
Kedua sekularisme, yang berarti mengecilnya wilayah agama yang kemudian hanya terbatas pada soal-soal pribadi dan keluarga, dan sama sekali doktrin-doktrin agama itu menjadi tidak relevan dengan soal-soal kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
B. Saran
Karya yang kami susun ini bukanlah karya yang sempurna tapi sesuatu yang lahir dari kerja keras.tentunya kerja keras penyusun bukan tanpa kekurangan hasilnya ini.maka kami senantiasa mengharapkan masukan dan kritikan rekan-rekan pembaca, dan mudah-mudahan rekan-rekan semua dapat menggali terus konsep mengenai Peranan mahasiswa dalam era modern agar kita dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang hal tersebut.Mudah-mudahan dengan terciptanya makalah ini khususnya bagi penyusun umumnya untuk para pembaca bisa mengembangkan atau membuat sebuah alinea yang baik berdasarkan kriteria yang ada.
















DAFTAR PUSTAKA
http://tiuii.ngeblogs.com/2009/10/23/peran-budaya-lokal-memperkokoh-ketahanan-budaya-bangsa-2/
http://staff.undip.ac.id/sastra/dhanang/2009/07/23/peningkatan-kualitas-pembelajaran-sejarah-dan/
http://rendhi.wordpress.com/makalah-pengaruh-globalisasi-terhadap-eksistensi-kebudayaan-daerah/

Senin, 25 Oktober 2010

Fenomena Kesurupan Sebagai Suatu Bentuk Histeria

Fenomena kesurupan atau possesion belakang ini marak diperbincangkan dalam berbagai media, khususnya kasus kesurupan masal yang terjadi di berbagai daerah dan sering menimpa para pelajar sekolah, misalnya kasus kesurupan masal di SMU Pangudi Luhur Yogyakarta atau kasus kesurupan yang menimpa para pekerja di pabrik rokok Bentoel. Sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari banyak orang yang mengalami semacam trance atau kesurupan tanpa disadari.
Dengan kata lain, dirinya menolak dikatakan trance atau kesurupan, misalnya pada waktu mereka sedang mengendarai mobil atau pesawat terbang, nonton TV, nonton sepak bola atau ketika menonton pergelaran musik. Kesurupan atau possesion dan trance, kasusnya banyak dijumpai di negara dunia ketiga. Di India yang kultur dan budayanya mirip Indonesia, kesurupan atau possesion syndrome atau possesion hysterical merupakan bentuk disosiasi yang paling sering ditemukan. Angka kejadiannya kurang lebih 1 – 4% dari populasi umum.
Studi epidemiologi possesion telah dilaporkan berhubungan dengan krisis sosial di masyarakat. Dengan begitu banyaknya pemberitaan mengenai kesurupan kita tentunya sudah tidak asing lagi dengan fenomena tersebut, di mana fenomena kesurupan sering kali dan bahkan selalu dikaitkan dengan adanya gangguan dari roh-roh halus yang mengambil alih tubuh korban selama beberapa waktu dan membuat korban tidak sadar akan apa yang ia perbuat. Tentunya paham seperti ini merupakan paham tradisional yang ada, diturunkan dan berkembang dalam masyarakat kita.
Kesurupan masal yang belakangan ini sering sekali terjadi sebenarnya pada awalnya merupakan kesurupan individual dan kemudian berubah menjadi masal dikarenakan orang lain yang melihat peristiwa tersebut menjadi tersugesti. Kesurupan individual yang terjadi muncul sebagai reaksi atas apa yang sedang dirasakan oleh individu sebelum proses kesurupan itu terjadi. Kesurupan menurut Dr Dadang Hawari adalah reaksi kejiwaan yang dinamakan reaksi desosiasi. Reaksi yang mengakibatkan hilangnya kemampuan seseorang untuk menyadari realitas di sekitarnya itu, yang disebabkan adanya tekanan fisik maupun mental.
Tetapi kalau kesurupannya massal, itu melibatkan sugesti. Dissociative trance disorder dapat terjadi secara perorangan atau bersama-sama, saling memengaruhi, dan tidak jarang menimbulkan kepanikan bagi lingkungannya (histeria massa). Bila dalam satu kelompok remaja ada seorang yang mengalami kesurupan, yang lain terutama yang punya risiko kesurupan, akan segera “tertular”. Ini merupakan definisi secara medis. Dunia kedokteran, khususnya psikiatri mengakui fenomena kesurupan sebagai suatu perubahan, tunggal atau episodik, dalam keadaan sadar, yang ditandai oleh penggantian rasa identitas pribadi. Biasanya dengan identitas baru. Bisa oleh suatu roh atau kekuatan. Kejadian kesurupan sering kali terjadi berulang dan kambuh-kambuhan.
________________________________________
Kesurupan dalam pandangan dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, A. Supratiknya, Ph.D merupakan refleksi kegagalan yang sedang terjadi dalam berbagai bidang kehidupan. Maka pada prakteknya jadi heran kalau kesurupan dikait-kaitkan dengan makhluk halus. Menurut dia, kesurupan bisa dijelaskan secara rasional. Kesurupan adalah gejala kejiwaan.
Kalau sekarang orang cenderung mencari jawaban pada paranormal, lonceng kematian bagi akal sehat sedang berdentang. Menurut pratiknya, kesurupan hanya merefleksi chaos luar biasa di tengah masyarakat. Kalau tekanannya jelas, kasat mata, orang mudah melawannya. Prof.Dr. dr. H.Soewadi, MPH, Guru Besar Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, sepakat. Seperti ditulis harian lokal Kedaulatan Rakyat, dia yakin kesurup¬an bukan disebabkan makhluk halus. Soewadi memandang tekanan sosial sebagai biang kesurupan. Banjir, tsunami, gizi buruk, ketidakadilan, upah kecil, santun¬an tunai langsung, kesenjangan yang sangat mencolok, disebut Soewadi sebagai faktor penekan. Kesurupan, menurut ahli jiwa ini adalah gejala gangguan jiwa yang disebut folie a deux, yaitu gejala gangguan jiwa pada seseorang yang diikuti orang lain. Mereka kehilangan kepribadian yang asli. Yang muncul kepribadian yang lain. Jika pernah mendengar dan melihat sesuatu, kemudian masuk dalam alam bawah sadarnya, saat kepribadian dia rapuh, muncul kepribadian lain itu. Rachmad K.Dwi Susilo yang didapuk untuk menjadi pembicara dalam seminar kali ini menyatakan bahwa kesurupan masal adalah salah satu keragaman dalam karakter masyarakat transisi dari agraris ke masyarakat industri. Tidak sedikit pula kebingungan ini menampakkan diri dalam perilaku yang menyimpang. “Masyarakat industri bisa dikatakan juga sebagai kemunculan masyarakat modern dimana menandai berakhirnya kepercayaan masyarakat terhadap mitos. Sementara dari perspektif psikologi, kesurupan sendiri sebenarnya telah menjadi kajian psikologi klinis, terutama psikologi abnormal. Kesurupan dalam psikologi dikenal dengan istilah trans dissosiatif dan trans possession disosiatif. Trans dissosiatif adalah perubahan dalam kesadaran yang bersifat temporer atau hilangnya perasaan identitas diri tanpa kemunculan identitas baru. Sedang trans possession dissosiatif adalah perubahan dalam kesadaran yang dikarakteristikkan dengan penggantian identitas personal yang selama ini ada dengan identitas yang baru.Mengapa Wanita Lebih Berisiko Kesurupan?
Berdasarkan jenis kelamin, perempuan mempunyai risiko lebih besar untuk kesurupan dibandingkan laki-laki. Hal ini terbukti dari kasus-kasus yang terjadi sebagian besar adalah perempuan. Hal ini mungkin karena perempuan lebih sugestible atau lebih mudah dipengaruhi dibandingkan laki-laki. Mereka yang memunyai kepribadian histerikal yang salah satu cirinya sugestible lebih berisiko untuk kesurupan atau juga menjadi korban kejahatan hipnotis. Berdasarkan usia, sebagian besar korban kesurupan berusia remaja dan dewasa muda. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa mereka yang berisiko untuk kesurupan adalah perempuan usia remaja atau dewasa muda yang mudah dipengaruhi. Selain itu, wanita lebih labil ketimbang pria dan terjadi perubahan dalam jiwanya. Banyak hal bisa menjadi penyebabnya. Antara lain kondisi keluarga, kondisi sekolah, hubungan pertemanan, sosial politik, dan masih banyak lagi.
Gejala-Gejala Kesurupan
Gejala-gejala beberapa waktu sebelum kesurupan antara lain kepala terasa berat, badan dan kedua kaki lemas, penglihatan kabur, badan terasa ringan, dan ngantuk.
Perubahan ini biasanya masih disadari oleh subjek, tetapi setelah itu ia tiba-tiba tidak mampu mengendalikan dirinya. Melakukan sesuatu di luar kemampuan dan beberapa di antaranya merasakan seperti ada kekuatan di luar yang mengendalikan dirinya.
Mereka yang mengalami kesurupan merasakan bahwa dirinya bukanlah dirinya lagi, tetapi ada suatu kekuatan yang mengendalikan dari luar. Keadaan saat kesurupan ada yang menyadari sepenuhnya, ada yang menyadari sebagian, dan ada pula yang tidak menyadari sama sekali. Dalam keadaan kesurupan korban melakukan gerakan-gerakan yang terjadi secara otomatis, tidak ada beban mental, dan tercetus dengan bebas. Saat itu merupakan kesempatan untuk mengekspresikan hal-hal yang terpendam melalui jeritan, teriakan, gerakan menari seperti keadaan hipnotis diri. Setelah itu, fisik mereka dirasa lelah tetapi, mental mereka mendapat kepuasan hebat.
Frigerio menyatakan, ada tiga stadium yang dialami orang kesurupan.
Pertama, irradiation (subjek tetap menyadari dirinya tetapi ada perubahan yang dirasakan pada tubuhnya.
Kedua being diside, subjek berada dalam dua keadaan yang berbeda, namun ada sebagian yang dialaminya disadarinya.
Stadium ketiga disebut stadium incorporation, subjek sepenuhnya dikuasai oleh yang memasukinya dan semua keadaan yang dialami tidak diingatnya.
Kesurupan dapat pula diartikan suatu keadaan seseorang dikuasai oleh roh jahat, yakni yang bersangkutan tidak dapat mengendalikan diri dan merugikan diri sendiri atau orang lain, seperti menyerang atau kena guna-guna. Kepercayaan seperti ini juga banyak dijumpai di hampir semua kultur di Indonesia.
________________________________________
Kesurupan atau possesion dan trance, kasusnya banyak dijumpai di negara dunia ketiga, studi epidemiologi possesion telah dilaporkan berhubungan dengan krisis sosial di masyarakat. Kesurupan menurut Dr Dadang Hawari adalah reaksi kejiwaan yang dinamakan reaksi desosiasi. Reaksi yang mengakibatkan hilangnya kemampuan seseorang untuk menyadari realitas di sekitarnya itu, yang disebabkan adanya tekanan fisik maupun mental. Tetapi kalau kesurupannya massal, itu melibatkan sugesti. Dissociative trance disorder dapat terjadi secara perorangan atau bersama-sama, saling memengaruhi, dan tidak jarang menimbulkan kepanikan bagi lingkungannya (histeria massa). Dunia kedokteran, khususnya psikiatri mengakui fenomena kesurupan sebagai suatu perubahan, tunggal atau episodik, dalam keadaan sadar, yang ditandai oleh penggantian rasa identitas pribadi. Biasanya dengan identitas baru. Bisa oleh suatu roh atau kekuatan. Kejadian kesurupan sering kali terjadi berulang dan kambuh-kambuhan.Kesurupan adalah gejala kejiwaan. Menurut pratiknya, kesurupan hanya merefleksi chaos luar biasa di tengah masyarakat. Kalau tekanannya jelas, kasat mata, orang mudah melawannya. Kesurupan adalah salah satu keragaman dalam karakter masyarakat transisi dari agraris ke masyarakat industri. Tidak sedikit pula kebingungan ini menampakkan diri dalam perilaku yang menyimpang. Kejadian kesurupan sering kali berulang dan kambuh-kambuhan. Setelah sadar kembali dan tenang baru dapat dilakukan berbagai intervensi misalnya psikoterapi untuk membantu mengatasi masalah atau stres yang melatarbelakanginya.
Kemampuan yang perlu ditingkatkan pada para korban kesurupan adalah mengajar dan melatih korban mengelola stres dan konflik dengan cara yang baik dan benar. Artinya, bila di kemudian hari mengalami stres atau konflik, atau diberi tanggung jawab yang berat, cara penyelesaiannya tidak lagi dengan kesurupan, tetapi dengan cara yang lebih konstruktif. Selain itu, perlu pula meningkatkan toleransi terhadap stres.

Minggu, 10 Oktober 2010

Ringtone Adzan Dan Ayat Al-Qur'an Bisa Jadi Lecehkan Islam Di HP

Tugas TPKI 4 Nama : Deny Mulyana
Kelas : 3A
Nim : 2009.1009
E-mail : bog_den @rocketmail.com
Blog : WWW.denimulya.blogspot.com

BLITAR - Majelis Ulama Indonesia Blitar akan membahas penggunaan suara Adzan dan ayat suci Alquran sebagai nada dering atau ringtone hand phone (HP) di masyarakat.

MUI menilai, penggunaan Adzan dan Ayat suci Alquran yang tidak pada tempatnya itu bisa diterjemhakan sebagai bentuk pelecehan. Tidak pada tempatnya yang dimaksud di sini adalah ketika kalimat Ilahi itu berkumandang di dalam sebuah kamar mandi atau tempat maksiat.

“Kalau masih di dalam kantor atau rumah yang layak tentu tidak apa-apa. Tapi kalau di kamar mandi atau tempat maksiat tentu ini secara tidak langsung sebagai bentuk pelecahan agama,” ujar Sekretaris MUI Blitar Achmad Suudi kepada wartawan Minggu (7/2/2010).

Menurut Suudi, akan muncul pandangan negatif pada agama Islam, jika suara adzan dan ayat suci bergema di sembarang tempat yang sebenarnya tidak layak. Sementara secara prinsip, seuntai ayat yang berasal dari Alquran wajib dijaga dan dipahami maknannya.

“Jika dibiarkan kesucian ayat akan dipandang negatif. Sebab penggunaan ayat dan adzan di masyarakat sepertinya semakin marak,” terang Suudi.

Dalam rapat MUI yang berlangsung Februari 2010 ini, permasalahan tersebut akan dibahas secara serius, termasuk pada pengeluaran fatwa, apakah penggunaan ringtone adzan dan ayat suci diperbolehkan atau tidak.

“Hasil dari pembahasan ini, secara resmi akan kami laporkan ke MUI Jawa Timur,” pungkasnya.(Solichan Arif/Koran SI/fit)







Jenis-jenis Pelecehan Agama

1 Votes

“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka
(tentang apa yang mereka lakukan itu),
tentulah mereka akan menjawab:
“Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau
dan bermain-main saja”.
Katakanlah: “Apakah dengan Allah,
ayat-ayat-Nya
dan Rasul-Nya
kamu selalu berolok-olok?”
Tidak usah kamu minta ma`af,
karena kamu kafir sesudah beriman.
Jika Kami mema`afkan
segolongan daripada kamu
(lantaran mereka taubat),
niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain)
disebabkan mereka adalah
orang-orang yang selalu berbuat dosa”
(At Taubah : 65-66)
HUKUM ISTIHZA’
Istihza’ merupakan salah satu dari pembatal-pembatal keislaman. Dalam Kitab Syarh Aqidah Ath Thahawiyah, Syeikh Shalih Al Fauzan mengatakan; “Pembatal-pembatal Keislaman sangat banyak. Diantaranya adalah juhud (pengingkaran), syirik, atau mengolok-olok agama atau sebagian dari syi’ar agama, meskipun ia tidak mengingkarinya.”
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah, ketika mengomentari Surat At taubah : 64-65, mengatakan;” Ayat ini merupakan nash bahwasanya memperolok-olok Allah, Ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya hukumnya Kafir” (Majmu’ Fatawa XV/48)
Syeikh ‘Abdurrahman As Sa’di Rahimahullah menjelaskan dalam tafsirnya;”Sesungguhnya memperolok-olok Allah dan Rasul-Nya hukumnya kafir, dan dapat mengeluarkan pelakunya dari Islam. Karena dasar agama ini dibangun atas sikap Ta’zhim terhadap Allah dan pengagunggan atas Agama dan Rasul-rasul-Nya. Dan memperolok sesuatu dari padanya, (berarti) menafikan dasar tersebut dan sangat bertentangan dengannya” (Tafsir As Sa’di III/259)
Ditambah lagi istihza’ pada hakikatnya bertentangan dengan keimanan. Karena hakikat keimanan adalah pembenaran terhadap Allah SWT dan tunduk serta patuh kepada-Nya. Orang yang memperolok-olok Allah, sesungguhnya ia menolak tunduk kepadanya, karena ketundukan itu merupakan komposisi dari pengagungan dan memuliakan. Sementara itu olok-olokan adalah penghinaan dan pelecehan. Kedua perkara tersebut sangat berlawanan. Apabila salah satu ada dalam hati seseorang, maka yang lain akan hilang. Maka dapatlah diketahui bahwa istihza’ penghinaan dan pelecehan terhadap Allah, Rasul-Nya, dan ayat-ayat-Nya menafikan keimanan.
KOMENTAR
Dari hasil pernyataan diatas dapat kita ambil sebuah komentar bahwa jika ringtone adzan dan ayat suci al-quran diharamkan maka pastilah adanya suatu penolakan tersendiri dari masyarakat.Memang benar jika kita melihat dari sudut pandang agama islam maka jelaslah itu merupakan suatu bentuk kesalahan.Akan tetapi, jika kita melihat dari segi HAM maka setiap warga Negara tentunya berhak dan boleh memakai ringtone tersebut.
Meskipun MUI nantinya jadi mengharamkan penggunaan ringtone tersebut maka hasilnya pun akan sia-sia.Masyarakat tidak akan mematuhi terhadap fatwa yang telah dikeluarkan MUI dan akan menganggapnya sebagai bualan belaka.Apalagi di zaman globalisasi sekarang ini masyarakat bebas mengakses apapun dari internet.Kalau kita melihat lagi kebelakang tentang terjadinya penyalahgunaan internet yang semakin marak dimana semua masyarakat bebas memasukan setiap apapun yang mereka mau baik itu dalam bentruk video,ungkapan hati,dan lain sebagainya.
Alangkah baiknya daripada memikirkan tentang diharamkannya ringtone tersebut mending lebih memikirkan tentang kemajuan bangsa dan Negara ditinjau dari segi ahlak da moral.Kalau kita lihat orang yang memakai ringtone adzan dan al-quran itu kebanyakan adalah orang yang pandai beribadah dan tentu orang tersebut sangat pendai dan tahu adab-adab tentang pentingnya menjaga kesucian ayat al-quran tersebut.
Dan pasti ada juga orang yang berpendapat bahwa penggunaan ayat al-quran dalam ringtone HP tersebut merupakan salah satu bentuk cinta dan ibadah kepada allah swt.Karena dengan menggunakan rigtone tersebut kita telah menghidupkan kembali nilai-nilai agama islam di mata masyarakat.
Lebih baik kita melihat kembali apakah penggunaan ringtone tersebut lebih mengarah kepada hal yang negatif atau lebih banyak mengarah kepada hal yang positifnya.Dan dalam benak diri saya pribadi saya sangat tidak setuju dengan diharamkannya penggunaan ringtone tersebut.Seperti halnya rokok yang telah dahulu diharamkan oleh MUI.Namun apakah itu berhasil masyarakat patuhi dan laksanakan,dengan pengharaman tertsebut.Bahkan masih banyak para ulama dan dan lainnya untuk tidak mempedulikan dengan pengharaman tersebut.Mereka masih saja merokok dan tidak ada dalil atau hadist yang cenderung mengharamkannya rokok.Apapun yang akan terjadi selanjutnya nanti apakah ini akan menjadi sesuatu hal yang perlu diperbincangkan secara serius atau hanya bualan belaka.Mungkin ini lebih kembali kepada diri pribadi masing-masing apakah jika kita memakai ringtone tersebut akan seperti yang diucapkan oleh Suudi atau benar seperti pernyataan yang dilontarkan leh Suudi.
Demikianlah komentar yang bisa saya uraikan mudah-mudahn bisa bermanfaat khususnya bagi saya umumnya bagi kita semua moho maaf apabila ada kesalahan sekian dan terimaksih.

Jumat, 05 Februari 2010

MAKALAH ULUMUL QUR'AN







BAB I
PENDAHULUAN


Di masa Rasulullah saw dan para sahabat, ulumul Qur’an belum dikenal sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri dan tertulis. Para sahabat adalah orang-orang Arab asli yang dapat merasakan struktur bahasa Arab yang tinggi dan memahami apa yang diturunkan kepada Rasulullah saw. Bila mereka menemukan kesulitan dalam memahami ayat-ayat tertentu, mereka dapat menanyakan langsung kepada Rasulullah saw.
Pada realitas kehidupan masyarakat muslim, perkembangan ulumul qur’an secara kuantitatif cukup banyak sekali. Selain perkembangan ulumul qur’an yang cukup banyak, juga banyak istilah-istilah yang digunakan, Untuk itu, pada pembahasan makalah ini, pemakalah akan menyoroti : (1)Sejarah Turunnya dan Perkembangan Ulumul Qur’an, 2) Keadaan Ilmu-ilmu Al-Qur’an pada Abad III H dan Abad IV H, 3) Keadaan Ilmu-ilmu Al-Qur’an pada Abad V dan VI H, 4) Keadaan Ilmu-ilmu Al-Quran pada Abad VII dan VIII H.















BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Turunnya dan Perkembangan Ulumul Qur’an
Dimasa Rasulullah saw dan para sahabat, Ulumul Qur’an belum dikenal sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri dan tertulis. Para sahabat adalah orang-orang Arab Asli yang dapat merasakan struktur bahasa Arab yang tinggi dan memahami apa yang diturunkan kepada Rasul saw
Adapun mengenai kemampuan Rasul memahami al-Qur’an tentunya tidak diragukan lagi karena Dialah yang menerimanya dari Allah swt, dan Allah mengajarinya segala sesuatu.Ada tiga faktor yang menyebabkan Ulumul Qur’an tidak dibukukan pada masa Rasul dan sahabat, yaitu:Kondisinya tidak membutuhkan karena kemampuan mereka yang besar dan tidak memahami Al-Qur’an dan Rasul dapat menjelaskan maksudnya.Para sahabat sedikit sekali yang pandai menulis.Adanya larangan Rasul untuk menuliskan selain Al-Qur’an.Semuanya ini merupakan faktor yang menyebabkan tidak tertulisnya ilmu ini baik di masa Nabi maupun di zaman sahabat.
Di zaman Khalifah Utsman, wilayah Islam bertambah luas sehingga terjadi pembauran antara penakluk Arab dan bangsa-bangsa yang tidak mengetahui bahasa Arab. Keadaan demikian menimbulkan kekhawatiran sahabat akan tercemarnya keistimewaan bahasa Arab dari bangsa Arab. Bahkan kekhawatirannya akan terjadinya perpecahan di kalangan kaum muslimin tentang bacaan al-Qur’an selama mereka tidak memiliki sebuah al-Qur’an yang menjadi standar bagi bacaan mereka. Untuk menjaga agar tidak terjadinya kekhawatiran itu, disalinlah dari tulisan-tulisan aslinya sebuah al-Qur’an yang disebut Mushhaf Imam. Dengan terlaksananya penyalinan ini maka berarti Utsman etelah meletakkan dasar Ulumul Qur’an yang disebut Rasm al-Qur’an atau Ilm al-Rasm al-Utsman.
Di masa Ali terjadi perkembangan baru dalam ilmu al-Qur’an. Karena melihat banyaknya umat Islam yang berasal dari bangsa non-Arab, kemerosotan dalam bahasa Arab, dan kesalahan pembacaan al-Qur’an, Ali menyuruh Abu al-Aswad al-Duali (q. 69 H.) untuk menyusun kaidah-akidah bahasa Arab. Hal ini dilakukan untuk memelihara bahasa Arab dari pencemaran dan menjaga al-Qur’an dari keteledoran pembacanya. Tindakan Khalifah Ali ini dianggap perintis bagi lahirnya ilmu nahwu dan I’rab al-Qur’an.
Setelah berakhirnya zaman Khalifah yang Empat, timbul zaman Bani Umayyah. Kegiatan para sahabat dan tabi’in terkenal dengan usaha-usaha mereka yang tertumpu pada penyebaran ilmu-ilmu al-Qur’an melalui jalan periwayatan dan pengajaran secara lisan, bukan, bukan melalui tulisan dan catatan. Kegiatan-kegiatan ini dipandang sebagai persiapan bagi masa pembukuannya.

B. Keadaan Ilmu-ilmu Al-Qur’an pada Abad III H dan Abad IV H
Pada abad III H selain Tafsir dan Ilmu Tafsir, para Ulama mulai menyusun pula beberapa Ilmu Al-Qur’an, ialah:
Ali bin Al-Madani (wafat tahun 234 H) menyusun Ilmu Asbabun Nuzul.
Abu Ubaid Al-Qasim bin Salam 224 H menyusun Ilmu Nasikh wal Mansukh dan Ilmu Qiraat.
Muhammad bin Ayyub AL-Dhirris (wafat tahun 294 H) menyusun Ilmu Makki wal Madani
Muhammad bin Khalaf Al-Marzuban (wafat tahun 309 H) menyusun kitab Al-Hawi fi Ulumil Quran (27 juz).
Pada abad IV H mulia disusun Ilmu Garibul Quran dan beberapa kitab Ulumul Quran dengan memakai istilah Ulumul Quran dengan memakai istilah Ulumul Quran. Di antara Ulama yang menyusun Ilmu Garibul Quran dan kitab-kitab Ulumul Quran pada abad IV ini, ialah:
 Abu Bakar Al-Sijistani (wafat tahun 330 H) menyusun Ilmu Garibul Quran.
 Abu Bakar Muhammad bin Al-Qasim Al-Anbari (wafat tahun 328 H) menyusun kitab Ajaibu Ulumil Quran. Di dalam kitab ini, ia menjelaskan atas tujuh huruf, tentang penulisan Mushaf, jumlah bilangan surat-surat, ayat-ayat dan kata-kata dalam Al-Qur’an
 Abul hasan Al-Asy’ari (wafat tahun 324 H) menyusun kitab Al-Mukhtazan fi Ulumil Quran
 Abu Muhammad Al-Qassab Muhammad bin Ali Al-Karakhi (wafat tahun 360 H) menyusun kitab:
 Muhammad bin Ali Al-Adwafi (wafat tahun 388 H) menyusun kitab Al-Istgna’ Fi Ulumil Quran (20 Jilid).

C. Keadaan Ilmu-ilmu Al-Qur’an pada Abad V dan VI H
Pada abad V H mulai disusun Ilmu I’rabil Quran dalam satu kitab. Di samping itu, penulisan kitab-kitab dalam Ulumul Quran masih terus dilakukan oleh Ulama pada masa ini.
Adapun Ulama yang berjasa dalam pengembangan Ulumul Quran pada abad V ini, antara lain ialah:
 Ali bin Ibrahim bin Sa’id Al-Khufi (wafat tahun 430 H) selain mempelopori penyusunan Ilmu I’rabil Quran, ia juga menyusun kitab Al-Burhan Fi Ulumil Quran. Kitab ini selain menafsirkan Al-Quran seluruhnya, juga menerangkan Ilmu-ilmu Al-Quran yang ada hubungannya dengan ayat-ayat Al-Quran yang ditafsirkan. Karena itu, ilmu-ilmu Al-Quran tidak tersusun secara sistematis dlam kitab ini, sebab ilmu-ilmu Al-Quran diuraikan secara perpencar-pencar, tidak terkumpul dalam bab-bab menurut judulnya. Namun demikian, kitab ini merupakan karya ilmiah yang besar dari seorang Ulama yang telah merintis penulisan kitab tentang Ulumul Quran yang agak lengkap.
 Abu ‘Amar Al-Dani (wafat tahun 444 H) menyusun kitab Al-Taisir Fil Qiroatis Sab’I dan kitab Al-Muhkam Fi al-Nuqoti.
Pada abad VI H, di samping terdapat Ulama yang meneruskan pengembangan Ulumul Quran, juga terdapat Ulama yang mulai menyusun Ilmu Mubhamatil Quran. Mereka itu antara lain, ialah:
 Abul Qasim bin Abdurrahman Al-Suhaili (wafat tahun 581 H) menyusun kitab tentang Mubhamatul Quran, menjelaskan maksud kata-kata dalam Al-Quran yang tidak jelas apa atau siapa yang dimaksudkan. Misalnya kata rajulun (seorang lelaki) atau malikun (seorang raja)


 Ibnul Jauzi (wafat tahun 597 H) kitab Fununul Afnan Fi Ajaibil Quran
 Abul Hasan Al-Asy’ari (wafat tahun 324 H) menyusun kitab Al-Mukhtazan fi Ulumil Quran.
 Abu Muhammad Al-Qassab Muhammad bin Ali Al-Karakhi (wafat tahun 360 H)
 Muhammad bin Ali Al-Adwafi (wafat tahun 388 H) menyusun kitab Al-Istgna’ Fi Ulumil Quran (20 Jilid).

D. Keadaan Ilmu-ilmu Al-Quran pada Abad VII dan VIII H
Pada abad VII H, ilmu-ilmu AL-Quran terus berkembang dengan mulai tersusunnya Ilmu Majazul Quran dan terus tersusun pula Ilmu Qiraat. Diantara Ulama abad VII yang besar perhatiannya terdapat Ilmu-ilmu Al-Quran, ialah:
Ibnu Abdis Salam yang terkenal dengan nama Al-Izz (wafat tahun 660 H) adalah pelopor penulisan: Ilmu Majazul Quran dalam satu kitab.
Alamuddin Al-Sakhawi (wafat tahun 643 H) menyusun Ilmu Qiraat dalam kitabnya Jamalul Qurra ‘Wa Kamalul Iqra’,
Abu Syamah (wafat tahun 655 H) menyusun kitab Al-Mur-syidul Wajiz Fi Ma Yata’allaqu bil Quran.
Pada abad VIII H, muncullah beberapa Ulama yang menyusun ilmu-ilmu baru tentang Al-Quran, sedang penulisan kitab-kitab tentang Ulumul Quran masih tetap berjalan terus. Di antara mereka ialah:
Ibnu Abil Isba’ menyusun Ilmu Badai’ul Quran, sesuatu ilmu yang membahas macam-macam badi’ (keindahan bahasa dan kandungan Al-Quran) dalam Al-Quran.
 Ibnul Qayyim (wafat tahun 752 H) menyusun Ilmu Aqsamil Quran, suatu ilmu yang membahas tentang sumpah-sumpah yang terdapat dalam Al-Quran.
 Najmuddin Al-Thufi (716 H) menyusun Ilmu Hujajil Quran atau Ilmu Jadalil Quran, suatu ilmu yang membahas tentang bukti-bukti/dalil-dalil (argumentasi-argumentasi) yang dipakai oleh Al-Quran untuk menetapkan sesuatu.
 Abul Hasan Al-Mawardi menyusun Ilmu Amtsil Quran, suatu ilmu yang membahas tentang perumpamaan-perumpamaan yang terdpat di dalam Al-Quran.
 Badruddin Al-Zarkasyi (wafat tahun 794 H) menyusun ktiab Al-Burhan Fi Ulumil Quran. Kitab ini telah diterbitkan oleh Muhammad Abul Fadl Ibrahim (4 juz).
Di masa Rasulullah saw dan para sahabat, Ulumul Quran belum dikenal sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri dan tertulis. Di zaman khalifah Utsman, wilayah Islam bertambah luas sehingga terjadi pembauran antara penakluk Arab dan bangsa-bangsa yang tidak mengetahui bahasa Arab.
Dimasa Ali terjadi perkembangan baru dalam Ilmu Al-Quran. Karena melihat banyaknya umat Islam yang berasal dari bangsa non-Arab, kemerosotan dalam bahasa Arab, dan kesalahan pembacaan Al-Quran. Ali menyuruh Abu al-Aswad al-Dauli (wapat tahun 69 H). untuk menyusun kaidah-kaidah bahasa Arab.
Ulumul Quran memasuki masa pembukuannya pada abad ke-2 H. Para ulama memberikan prioritas perhatian mereka kepada Ilmu Tafsir karena fungsinya sebagai Umm al-Uum (induk ilmu-ilmu al-Quran) para penulis pertama tafsir dalam tafsir adalah Syu’bah Ibnu al-Hajjaj (w.160 H), Sofyan Ibnu ‘Uyaynah dan Wali ‘Ibnu al-Jarrah
Pada abad ke-3 lahir ilmu asbab al-nuzul, ilmu nasikh dan mansukh, ilmu tentang ayat Makkiah dan Madaniah, qiraat, I’rab dan istinbath. Pada abad ke-4 lahir ilmu gharib al-Qur’an abad ke-5 lahir ilmu Amtsal Quran, abad ke-6 disamping banyak ulama yang melanjutkan pengembangan ilmu-ilmu al-Quran yang telah ada lahir pula ilmu mabhat al-Quran ilmu ini menerangkan lafal-lafal al-Quran yang maksudnya apa dan siapa tidak jelas
Pada abad eke-8 muncul ulama yang menyusun ilmu-ilmu tentang al-Quran, Ibnu Abi al-Ishba’ tentang badai al-Quran, yang membahas macam-macam, keindahan bahasa dalam al-Quran yang membahas tentang sumpah-sumpah al-Quran.
Pada abad ke-9, Jalaluddin al-Suyuthi menyusun dua kitab, al-Tahbir fi ‘Ulum al-Tafsir dan al-Itqan fil ‘Ulum al-Quran. Kedua kitab ini puncak karang-mengarang dalam ulum al-Quran setelah abad ini hampir tidak adalagi yang mampu melampui batas karyanya. Ini terjadi sebagai akibat meluasnya sifat taklid.
Sejak penghujung abad ke-13 H. sampai saat ini perhatian para ulama terhadap penyusunan kitab-kitab Ulumul Quran bangkit kembali. Kebangkitan ini bersamaan dengan masa kebangkitan modern dalam ilmu-ilmu agama lainnya.

























BAB III
PENUTUP


A. Kesimpulan
Sejarah Pertumbuhan Ulumu Qur'an diantaranya :
a. Ulumul Qur'an pada masa Nabi dan Sahabat
Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya sangat mengetahui makna-makna Al-Qur'an dan ilmu-ilmunya, sebagaimana pengetahuan para ulama sesudahnya. Hal itu disebabkan karena Rasulullah yang menerima wahyu dari sisi Allah SWT, juga mendapatkan rahmat-Nya yang berupa jaminan dari Allah bahwa kalian pasti bisa mengumpulkan wahyu itu ke dalam dada beliau.
Setiap Rasulullah selesai menerima wahyu ayat Al-Qur'an, beliau menyampaikan wahyu itu kepada para sahabatnya. Rasulullah SAW menjelaskan tafsiran-tafsiran ayat Al-Qur'an kepada mereka dengan sabda, perbuatan, dan persetujuan beliau serta dengan akhlak-akhlak dan sifat beliau. Para sahabat dahulu tidak / belum membutuhkan pembukuan Ulumul Qur'an itu adalah karena hal-hal sebagai berikut:
a) Mereka terdiri dari orang-orang Arab murni yang mempunyai beberapa keistimewaan, antara lain:
Ø Mempunyai daya hafalan yang kuat
Ø Mempunyai otak cerdas
Ø Mempunyai daya tangkap yang sangat tajam
Ø Mempunyai kemampuan bahasa yang luas terhadap segala macam bentuk ungkapan, baik prosa, puisi, maupun sajak.

b) Kebanyakan mereka terdiri dari orang-orang yang Ummi, tetapi cerdas.
c) Ketika mereka mengalami kesulitan, langsung bertanya kepada Rasulullah SAW.
d) Waktu dulu belum ada alat-alat tulis yang memadai.

b. Perintis Dasar Ulumul Qur'an dan pembukuannya
a) Perintis Dasar Ulumul Qur'an
Setelah periode pertama berlalu, datanglah masa pemerintahan kahlifah Utsman bin Affan. Negara-negara Islam pun telah berkembang luas. Orang-orang Arab murni telah bercampur baur dengan orang-orang asing yang tidak kenal bahasa Arab. Percampuran bangsa dan akulturasi kebudayaan ini menimbulkan kekhawatiran-kekhawatiran. Karena itu, Kholifah Utsman bin Affan memerintahkan
Kaum muslimin agar seluruh ayat-ayat Al-Qur'an yang telah dikumpulkan pada masa Kholifah Abu Bakar itu dikumpulkan lagi dalam satu mushhaf, kemudian di kenal dengan nama Mushhaf Utsman. Dengan usahanya itu, berarti Kholifah Utsman bin Affan telah meletakkan dasar pertama, yang kita namakan Ilmu Rasmil Qur'an atau Rasmil Utsmani.

b) Pembukuan Tafsir Al-Qur'an
Setelah dirintis dasar-dasar Ulumul Qur'an, kemudian datanglah masa pembukuan / penulisan cabang-cabang Ulumul Qur'an. Cita-cita yang pertama kali mereka laksanakan ialah pembukuan Tafsir Al-Qur'an. Sebab, tafsir Al-Qur'an dianggap sebagai induk dari ilmu-ilmu Al-Qur'an yang lain.












DAFTAR PUSTAKA

TM. Hasbie Ash-Shiddieqy,
Sejarah dan pengantar Ibnu Al-Qur'an, Bulan Bintang, Jakarta, 1994
Al-Shahih, Shubhi,
Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an, Dar altlm li al-Malayin, Beirut, 1977, hal. 120.
http://makalah85.blogspot.com/2008/11/sejarah-turunnya-dan perkembangan.html























Sejarah Perkembangan Ulumul Qur’an

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Semester Pendek
Pada Mata Kuliah “Ulumul Qur’an”

Dosen : Drs. Jazuli Azhari























Disusun Oleh : Nani Suvianti
NIM : 2005.1217






SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SUKABUMI
Jln.Veteran I No 36 Telp. (0266) 225 464
Tahun 2009/2010
KATA PENGANTAR



Assalamu’alaikum Wr.Wb

Tiada ungkapan yang dapat penulis sanjungkan selain puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat hidayah serta inayah-Nya penulis dapat menyusun paper atau tugas akhir perkuliahan.Tak lupa shalawat beserta salam semoga tercurahkan kepada junjungan alam sebagai pembawa risalah kebenaran, pendobrak kebathilan, yaitu Nabi Muhammad SAW serta keluarga, para sahabat dan pengikutnya.Amiin.
Dalam penyusunan tugas ini, penulis mempunyai tujuan yaitu sebagai tugas akhir perkuliahan atau semester pendek, dengan harapan agar penulis mendapatkan nilai yang baik sehingga dengan demikian dapat mencapai hasil yang optimal.
Penulis selalu berharap dan berdo’a semoga dengan adanya tugas ini akan jauh lebih berkembang dan berprestasi dalam bidang akademik ataupun non akademik.
“Al-Insaanu Mahalul Khatha wan Nisyan”, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mohon bimbingan,petunjuk, sumbang saran serta kritik dari semua pihak demi perbaikan di masa yang akan datang.

Wassalammu’alaikum Wr.Wb


Sukabumi, September 2009
Mahasiswa,


Deny Mulyana
NIM. 2009.1009
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Turunnya dan Perkembangan Ulumul Qur’an 2
B. Keadaan Ilmu-ilmu Al-Qur’an pada Abad III H dan Abad IV H 3
C. Keadaan Ilmu-ilmu Al-Qur’an pada Abad V dan VI H 4
D. Keadaan Ilmu-ilmu Al-Quran pada Abad VII dan VIII H 5

BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 8

REFERENSI

Rabu, 23 Desember 2009

Makalah Alinea

ALINEA DAN KERUNTUNAN IDE
Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas terstruktur
Mata Kuliah “Bahasa Indonesia”
Dosen : Mulyawan S.N.S.Ag.M.Pd

Disusun Oleh : Kelompok 5

Deny Mulyana

Firmansyah

Eni Nuraeni

Nur ayla

Feni

Jajam

Dudi





KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim,

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat illahi rabbi yang mana berkat rahmat dan hidayahnya penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang diajukan pada mata kuliah “Bahasa Indonesia” dengan judul “Alinea dan Keruntunan Ide.”Shalawat beserta salam marilah kita curahkan selalu kepada baginda alam yakni nabi Muhammad saw.

Makalah ini adalah sebuah karya yang kami susun berkat kerja sama dan bantuan dari pihak-pihak yang terkait.Maka dari itu kami mengucapkan banyak terimakasih pada semua pihak yang ikut berperan aktif dalamm terwujudnya makalah ini.Terutama pada orang tua yang telah memberikan dukungan baik moril maupum materil serta sahabat-sahabat kami yang senantiasa memberikan motivasi.

Makalah yang kami susun ini bukanlah sesuatu yang sempurna, akan tetapi makalah ini terlahir dari kerja keras kami.Dalam penyusunan makalah ini tentunya masih banyak kekurangan-kekurangan yang harus di perbaharui maka dari itu, kami mengharapkan kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan saran supaya dalamm pembuatan makalah yang selanjutnya bisa menjadi lebih baik lagi.Terimakasih.

Billahitaufiq wal hidayah

Wassalammu’alaikum Wr.Wb.

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................. 1

Daftar Isi............................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………….. 3

B. Rumusan Masalah………………………………………… 6

C. Tujuan Penulisan………………………………………… 6

D. Sistematika Penulisan…………………………………… 7

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Alinea………………………………………… 8

B. Fungsi Alinea…………………………………………… 9

C. Unsur-unsur Alinea………………………………………. 10

C.1 Transisi……………………………………………… 11

C.1.a Transisi Berupa Kata…………………………. 12

C.1.b Transisi Berupa Kalimat……………………… 15

C.2 Kalimat Topik……………………………………… 16

C.3 Kalimat Pengembang……………………………….. 17

C.4 Kalimat Penegas……………………………………. 18

D. Jenis-jenis Alinea…………………………………………. 19

E. Kriteria Alinea……………………………………………. 25

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan……………………………………………….. 26

B.Saran………………………………………………………. 26

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………. 28

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Berbicara mengenai karangan,baik yang berupa karangan pendek maupun panjang,kita harus berbicara mengenai beberapa hal di sekitar karangan tersebut.pertama adalah topik yang menjadi isi karangan.Kedua adalah struktur pengorganisasian karangan.Kemudian,menyusul pengisian struktur karangan (bab,subbab,dan alinea).Berikutnya,muncul masalah bahasa,seperti penggunaan kata,kelompok kata,farase,dan klausa serta seluk-beluk pembentukan dan penyusunan kalimat.

Inti pembicaraan tulisan ini hanyalah sekelumit dari sekian masalah di sekitar karangan,yaitu pengembangan alinea dengan segala aspek-aspeknya.Misalnya,pengertian serta fungsi alinea,struktur dan jenis-jenis alinea,kriteria alinea yang baik serta beberapa cara pengembangan alinea.

Kita sering mendengar istilah paragraf atau alinea.Istilah tersebut sering digunakan,baik dalam percakapan maupun dalam kegiatan-kegiatan pertemuan dalam rapat,diskusi,atau seminar.Mereka yang sering menulis,baik surat,kertas kerja,pelaporan,atau skripsi pasti menggunakan alinea dalam tulisannya.Apabila ditanyakan definisi dari alinea maka akan bervariasi jawabannya.

Tidak ada ukuran yang definitif berapa sebaiknya panjang alinea.Ada orang yang berpendapat panjang -pendeknya suatu alinea bergantungkepada latar belakang pembaca serta factor dan sifat media.Ukuran yang tepat belum terjawab.ahli lain berpendapat bahwa panjang- pendeknya suatu alinea bergantung kepada tuntutan kalimat topik.Beberapa ahli lainya mencoba memberikan ukuran yang lebih tegas.Weaver (1961,217) memperkirakan panjang suatu alinea berkisar antara 100- 350 perkataan.Johnson (1965,345) mengataka bahwa panjang alinea merentang mulai dari 75-100 perkataan.Bernett (1975,61-62) menyatakan bahwa panjang alinea berkisar antara 5-18 baris.Ukuran alinea yang mederat 10 dan 12 baris.

Latar belakang atau keadaan pembaca menentukan panjangnya alinea.Bacaan bagi anak-anak sebaiknya menggunakan alinea dan kalimat-kalimat yang pendek-pendek skata-kata yang sesuai dengan perkembangan jiwa mereka.Bagi orang dewasa,dapat menggunakan alinea yang lebih panjang,terutama buku ilmiah atau karangan ilmiah.

Siafat atau tuntutan kalimat topik sangat mempengaruhi panjangnya alinea.Ada kalimat topik yang membutuhkan banyak kalimat pengembang untuk memperjelas dan memerinci maknanya.Oleh karena itu,alinea menjadi panjang.Kadang-kadang,ada kalimat topik yang dpat diperjelas hanya dengan beberapa kalimat pengembang.Dalam hal ini,jelas alineanya agak pendek.

Ada tiga ukura yang digunakan untuk mengukur panjang suatu alinea.Ukuran pertama berdasarkan jumlah kata dalam alinea.Mengenai jumlah kata dalam suatu alinea,ada dua rentangan yang sangat berbeda,yakni 75 sampai dengan 100 dan 100 sampai dengan 350 perkataan.Tampaknya,rentangan yang pertama yang lebih emdekati kepada kenyataan.Alasannya,setiap halaman berisi 300 perkataan.Satu halaman biasanya terdiri atas 2 sampai 6 alinea ataurata-rata 4 alinea.Dengan demikian,satu alinea terdiri atas 75 perkataan.Ukuran kedua berdasarkan jumlah kalimat yang terkandung dalam alinea.Biala diasumsikan suatu kalimat berisi sekitar 6-14 perkataan atu rata-rata 10,jumlah kalimat dalam alinea dalam tiap alinea7-10 perktaan.Ukuran ketiga berdasarkan ukuran baris suatu alinea.Diperkirakan,jumlah baris alinea yang terkecil 2 buah dan yang terbesar 12 buah.Jumlah baris rat-rata alinea berkisar 10 sampai 12 baris.

Ukuran panjang –pendeknya suatu alinea sangat berpengaruh terhadap sikap psikologis pembaca.Alinea yang terlalu panjang membuat pembaca memusatkan perhatiannya pada suatu ide pokok terlalu lama.Hal ini dapat menimbulkan kebosanan,bahkan kata-kata dan kalimat-kalimat yang terlalu banyak dapat mengganggu konsentrasinya terhadap ide pokok itu sendiri.Sebaliknya,bila alinea terlalu pendek apalagi berturut-turut dalam jumlah yang besar,misalnya 5 sampai 10 alinea,memaksa perhatian pembaca meloncat-loncat secara cepat.hal ini dapat menimbulkan kejengkelan serta penangkapan ide pokok yang kurang jelas.Ukuran alinea serta cara penempatannya dalam struktur karangan sangat berpengaruh terhadap sikap pembaca.

Bila kita dihadapkan pada suatu karangan tanpa adanya cirri-ciri pengelompokan ide,alangkah susahnya kita memahami gagasan yang diungkapkan dalam karangan itu.Kita terpaksa membaca karangan tersebut secara berulang-ulang untuk mendapatkan pemahaman yang baik tentang isi karangan itu.Pengungkapan gagasan dengan cara ini secara ilmiah bertentangan dengan kodrat.Jika kita ingin mengungkapkan suatu gagasan,biasanya gagasan tersebut diungkapkan satu per satu atau bagian per bagian.

Bila kita berpikir,kita berpikir dalam kelompok-kelompok ide,tidak dalam ide tunggal atau terpisah-pisah.Akan tetapi,bila kita tulis pikiran-pikiran tersebut,kita hanya menulis satu ide pada satu waktu.Ide berikutnya ditulis pada waktu berikutnya secara berturut-turut.

Bila kita membuat alinea,kita menuliskan sekelompok ide yang terdiri atas ide pokok dan ide bawahan yang merupakan penjelasan tentang ide pokok.Di samping ide pokok ini,terdapat ide pokok lainnya yang masih berkaitan dengan ide pokok pertama.Kedua ide pokok ini merupakan bagian kelompok ide yang lebih besar.Oleh sebab itu,ide pokok yang kedua ini diungkapkan dalam alinea berikutnya yang disertai pula dengan ide pokok bawahan yang berupa penjelasan terhadap ide pokok kedua tadi.Demikianlah seterusnya sehingga kita dapat membuat sebuah karangan yang terdiri atas beberapa alinea yang mengandung kelompok-kelompok ide yang saling berkaitan.

B. Rumusan Masalah

  1. Apakah definisi dari alinea?
  2. Apakah fungsi dari alinea?
  3. Apakah unsur-unsur alinea?
  4. Apakah jenis-jenis alinea?
  5. Bagaimana cara menyusun alinea yang baik?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:

  1. Untuk memenuhi tugas tekstruktur Bahasa Indonesia yang berjudul‘Alinea dan Keruntunan Ide.”
  2. Untuk mengetahui pengertian dari alinea,bagian-bagian alinea,jenis-jenis alinea,pengembangan alinea,dan fungsi-fungsi alinea.
  3. Supaya dengan pembuatan makalah yang berjudul “Menyusun Alinea” ini penulis atau pembaca makalah ini bisa menyusun alinea dengan baik dan benar.
  4. Sebagai bahan presentase diskusi yang brjudul “Alinea dan Kruntunan Ide.”

Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan makalah ini adalah :

Cover

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

E. Latar Belakang

F. Rumusan Masalah

G. Tujuan Penulisan

H. Sstematika Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

D. Pengertian Alinea

E. Fungsi Alinea

F. Unsur-unsur Alinea

C.1 Transisi

C.1.a Transisi Berupa Kata

C.1.b Transisi Berupa Kalimat

C.2 Kalimat Topik

C.3 Kalimat Pengembang

C.4 Kalimat Penegas

D. Jenis-jenis Alinea

E. Kriteria Alinea

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan

B.Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ALINEA

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,Edisi ke-3,dari terbitan Departemn Pendidikan Nasional tertera penjelasan bahwa alinea adalah bagian wacana yang mengungkapkan suatu pikiran yang lengkap atau satu tema yang dalam ragam tulis ditandai oleh baris pertama yang menjorok kedalam atau jarak spasi yang lebih.Dalam kamus tersebut alinea diartikan pula sebagai paragraf.

Bila ditelaah pengertian alinea,seperti yang tercantum dalam sumber tersebut,dapat ditarik simpulan.Simpulannya adalah alina berisi “sesuatu” dan penulisan alinea selalu dimulai dengan baris yang baru yang dimajukan atau indentation.

Menurut pengamatan penulis,ada beberapa ciri atu karakteristik alinea antara lain,sebagai berikut.

Ø Setiap alinea mengandung makna,pesan,pikiran,atau ide pokok yang relevan dengan ide pokok keseluruhan karangan.

Ø Alinea umumnya dibangun oleh sejumlah kalimat.

Ø Alinea adalah satu kesatuan ekspresi pikiran.

Ø Alinea adalah kesatuan yang koheren dan padat

Ø Kalimat-kalimat alinea tersusun secara logis-sistematis.

Berdasarkan penganalisisan atas beberapa sumber yang memberikan keterangan tentang alinea serta dilengkapi atau dipadukan dengan hasil pengamatan penulis terhadap karakteristik alinea,sampailaah penulis pada suatusimpulan bahwa definisi alinea sebagai berikut: alinea adalah seperangkat kalimat yang tersusun logis-sistematis yang merupakan satu kesatuan akspresi pikiraa yng relevan dan mendukung pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan karangan.

B. FUNGSI ALINEA

Sesuatu yang bersipat abstrak lebih sukar dipahami daripada sesuatu yang lebih kecil dan konkret.Pada dasarnya,pemahaman adalah memahami bagian-bagian kecil serta hubungan antarbagian-bagian itu dalam rangka keseluruhan.Karangan pun dapat dikatagorikan sebagai sesuatu yang abstrak.Untuk memahaminya,karangan perlu dipecah-pecah menjadi bagian-bagian kecil yang dikenal dengan nama alinea.

Berdasarkan penjelasan di atas,tersirat dua fungsi alinea,yaitu ke-(1) sebagai penampung dari sebagian kecil jalan pikiran atau ide pokok keseluruhan karangan dan ke-(2) memudahkan pemahaman jalan pikiran atau ide pokok.

Penulisan alinea yang terencana baik selalu bersipat logis-sistematis.Alinea yang tersusun baik merupakan alat bantu,baik bagi pengarang maupun bagi pembca.Seperangkat kalimat itu akan mengembangkan jalan pikirannya secara sistematis pula.Fungsi alinea yang ke-(3) adalah memungkinkan pengarang melahirkan jalan pikirannya secara sistematis.Bagi para pembaca,kalimat-kalmat yang tersusun secara sistematis itu sangat memudahkan menelusuri serta memahami jalan pikiran pengarang.Fungsi alinea yang ke-(4) adalah mengarahkan pembaca dalam mengikuti alur pikiran pengarang serta memahaminya.

Alinea yang baik selalu berisi ide pokok.Ide pokok itu merupakan bagian yang integral dari ide pokok yang terkandung dalam keselurihan karangan.Ide pokok alinea tidaak hanya merupakan bagian dari ide pokok keseluruhan,tetapi juga memiliki relevansidan menunjang ide pokok tersebut.melalui ide pokok yang tersirat dari setiap alinea,pembaca akan sampai pada pemahaman total isi karangan.dalam hal ini,dapat dikatakan bahwa fungsi alinea ke-(5) adalah sebagai alat penyamp[ai pikiran.Sementara itu,fungsi alinea ke-(6) adalah sebagai penanda pikiran baru dimulai.

Dalam rangka keseluruha karangan,alinea sering juga digunakan sebagi pengantar,transisi atu peralihan dari satu bab ke bab lainnya.Bahkan, tidak jarang alinea digunakan sebagai penutup.Di sini,alinea berfungsi sebagai pengantar,tarnsisi,dan konklusi. Dengan demikian,dapat disimpulkan bahwa alinea berfungsi sebagai berikut :

  1. Sebagai penampung dari sebagian kecil jala pikiran atau ide pokok keseluruhan karangan .
  2. Memudahkan pemahaman jalan pikiran atau ide pokok pengarang.
  3. Alat bagi pengarang untuk mengembangkan jalan pikirn secara sistematis.
  4. Pedoman bagi pembaca untuk mengikuti dan memahami alur pikiran pengarang.
  5. Sebagai penyampai pikiran atau ide pokok pengarang kepada pembaca.sebagai penanda bahwa piiran baru dimulai
  6. Dalam rangka keseluruhan karangan,alinea dapat berfungsi sebagi pengantar,transisi,dan penutup (konklusi).

C. UNSUR-UNSUR ALINEA

Alinea adalah satu kesatuan ekspresi yang terdiri atas seperangkat kalimat yang dipergunakan oleh pengarang sebagai alat untuk menyatakan dan menyampaikan jalan pikirannya kepada para pembaca.Supaya pikiran tersebut dapat diterima oleh pembaca,alinea harus tersusun secara logis-sistematis.Alat bantu untuk menciptakan susunan logis-sistematis itu adalah unsur-unsur penyusun alinea,seperti transisi (transition),kalimat topik (topic sentence),kalimat pengembang (development sentence),dan kalimat penegas (punch-line).

Keempat unsur penyusun alinea tersebut,terkadang muncul secara bersamaan,terkadang pula hanya sebagian yang muncul dalam sebuah alinea.

1. Alinea yang Memiliki Empat Unsur

Susunan alinea jenis ini terdiri atas :

  1. Tarnsisi (berupa kata,kelompok kata,atau kalimat);
  2. Kalimat topik;
  3. Kalimat pengembang;
  4. Kalimat penegas.

2. Alinea yang Memiliki Tiga Unsur

Alinea jenis ini terdiri atas :

  1. Transisi (berupa kata,kelompok kata,atau kalimat);
  2. Kalimat topik;
  3. Kalimaat pengembang.

3. Alinea yang Memiliki Dua Unsur

Alinea jenis ini terdiri atas :

  1. Kalimat topik;
  2. Kalimat pengembang.

C.1 TRANSISI

Transisi adalah mata rantai penghubung antar alinea.Transisi berfungsi sebagai penghubung jalan pikiran dua alinea yang berdekatan.Kata-kata tradisional merupakan petunjuk bagi pembaca kearah mana ia sedang bergerak atau mengingatkan pembaca apakah suatu alinea baru bergerak searah denganide pokok sebelumnya.Oleh karena itu,beberapa orang sering mengatakan bahwa transisi berfungsi sebgai penunjang koherensi dan kesatuan antarbab,antarsubbab,dan antaralinea dalam suatu karangan.

Tarnsisi tidak harus selalu ada dalam setiap alinea.Kehadiran trnsisi dalam alinea bergantung pada pertimbangan pengarang.bila pengarang merasa perlu ada tarnsisi demi kejelasan informasi,transisi wajar ada.sebaliknya,bila pengarang bisa mengekspresikan ide pokoknya dengan jernih tanpa transisi,transisi tidak perlu hadir dalam alinea tersebut.

Transisi tidak hanya terdapat pada alinea,tetapi terdapat juga dalam kalimat,antar alinea,antarsubbab,antarbab.Bila transisi terdapat antarsubbab,transisi berfungsi menghubungkn ide pokok dalam subbab tersebut.Bila transisi terdapat pada antarbab,transisi berfungsi sebagai jembatan penghubug ide pokok dalam bab yang berdekatan tersebut.

Ada dua cara untuk mewujudkan hubungan di antara dua alinea.Pertama,secara implicit.Kedua,secara eksplisit.Hubungan implicit tidak dinyatakan oleh penanda transisi tertentu.Walaupun demikian,hubungan antaralinea masih dapat dirasakan .Hubungan eksplisit dinyatakan oleh alat penanda transisi tertentu,seperti :

  1. kata,termasuk di dalamnya kelompok kata;
  2. kalimat.

C.1.a Transisi Berupa Kata

Alat penanda transisi berupa kata dan kelompok kata sangat banyak jenisnya.Secara garis besar,alat penanda transisi dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

a. Penanda Hubungan Kelanjutan

contoh :

dan

lagi

serta

lagi pula

tambahan lagi

contoh penanda transisi yang berupa kata lagi pula adalah sebagai berikut.

Lagi pula,munculnya para pemipin muda sangat diharapkan oleh masyarakat.

b. Penanda hubungan Urutan Waktu

Contoh:

dahulu

kini

sekarang

sebelum

setelah

sesudah

kemudian

Contoh penanda transisi yang berupa kata sementara itu adalah sebagai berikut.

Sementara itu,persiapan pelantikan anggota DPRD sudah mulai dilakukan oleh panitia pelaksana.

c. Penanda Klimaks

contoh:

paling…

se..nya

ter…

contoh penada transisi yang berupa kata terakhir adalah sebagai berikut.

Terakhir,dia berdagang buah-buahan pada usia 18 tahun.

d. Penanda Perbandingan

Contoh:

sama

seperti

ibarat

bak

bagaikan

contoh penanda transisi yang berupa kata bagaikan adalah sebagai berikut.

Bagaikan seorang ahli,ia mulai melukis di atas kanvas.

e. Penanda Kontras

Contoh:

tetapi

biarpun

walupun

sebaliknya

contoh penanda transisi yang berupa kata sebaliknya adalah sebagai berikut.Sebaliknya,mereka terlihat kurang antusias untuk berpartisipasi sebagi pemilih pada pemilu tahun ini.

f. Penanda Urutan Jarak

Contoh :

di sini

di situ

di sana

dekat

jauh

sebelah…

contoh penanda transisi yang berupa kata di sana adalah sebagai berikut.

Di sana,telah berdiri tegak sebuah monumen yang mengenang kepahlawanansebuah bangsa.

g. Penanda Illustrasi

Contoh :

umpama

contoh

misalnya

Contoh penanda transisi yang berupa kata misalnya sebagai berikut.

Misalnya,pembangunan tidak akan berjalan tanpa adanya kerja sama semua pihak.

h. Penanda Sebab Akibat

Contoh :

karena

sebab

oleh karena itu

akibatnya

Contoh penanda transisi yang berupa kata akibatnya adalah sebagai berikut.Akibatnya,semua anggota terkena hukuman.

i. Penanda Kondisi Pengandaian

Contoh :

jika

kalau

jikalau

andai kata

seandainya

contoh penanda kata transisi yang berupa kata seandainya adalah sebagi berikut.

Seandainya,waktu dapat diulang,aku ingin keluargaku kembali berkumpul.

j. Penanda Simpulan

Contoh:

simpulan

ringkasnya

garis besarnya

rangkumannya

Contoh penanda transisi yang berupa kata ringkasnya adalah sebagai berikut.

Ringkasnya,semua kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan penuh tanggung jawab.

C.1.b Transisi Berupa Kalimat

Transisi jenis kedua yang berupa kalimat yang lebih terkenal dengan istilah “LEADIN-SENTENCES”(KALIMAT PENUNTUN).Kalimat ini berfungsi ganda,yaitu sebagi tranisi dan sebagai pengantar topik utama yang akan doperbincangkan.

Kalimat penuntun tidak berfungsi sebagai pengganti kalimat topik.letaknya selalu mendahului kalimat topic.Bila dalam suatu alinea terdapat kalimat penuntun sebagai transisi,kalimat topik terdapat setelah kalimat penuntun tersebut.

Contoh :

(1)Ringkasnya,tata bahasa meliputi 3 hal,yaitu fonologi,morfologi,dan sintaksis.(2)Fonologi berhubungan dengan studi tata bunyi,morfologi mengenai tata kata,dan sintaksis membicarakan tata kalimat.

Keterangan:

Kalimat penutun (1)

Kalimat topik (2)

C.2 KALIMAT TOPIK

Ada berbagai istilah yang sama maknanya dengan kalimat topik.Dalam bahasa inggris,kita mengenal istilah-istilah,major point,main idea,central idea,dan topic sentence.Keempat-empatnya bermakna sama mengacu kepada pengertian kalimat topic.Dalam bahasa Indonesia ,kita pun mengenal istilah-istilah,seperti pikiran utama,pokok pikiran,ide pikiran,dan kalimat pokok.keempat-empatnya juga mengandung makna yang sama,yaitu mengacu pada kalimat topik.

Kalimat topik adalah perwujudan pernyataan ide pokok alinea dala bentuk umum atau abstrak.

Contoh:

(1) Sial benar saya hari ini.

(2) Harga barang-barang bergerak naik.

Contoh ke-(1) menyatakan kesialan seseorang.Kesialan tersebut baru berupa pernyataan abstrak yang harus diuraikan kedalam contoh-contoh yang konkret.Demikian pula contoh ke-(2),harga barang naik masih bersifat umum.Yang perlu diperjelas adalah berapa naiknya untuk setiap barang.Dengan begitu,akan jelas pengertian yang terdapat pada kalimat topik.

Ada 4 kemungkinan letak kalimat topik dalam satu alinea.Kemungkinan pertama,kalimat topik berada di awal alinea,segera setelah transsisi,kalau transisi ada pada alinea tersebut.Kemungkinan kedua,kalimat topik berada di bagian akhir alinea.Kemungkinan ketiga,kalimat topik berada di awal dan di akhir.Kemungkinan keempat,kalimat topik tersebar di seluruh alinea.

C.3 KALIMAT PENGEMBANG

Sebagian besar,kalimat-kalimat yang terdapat dalam suatu alinea termasuk kalimat pengembang.

Susunan kalimat pengembang tidak sembarangan.Urutan kalimat pengembang sebagai perluasan pemaparan ide pokok yang bersifat abstrak menuruti hakikat ide pokok.Pengembangan kalimat topic yang bersifat kronologis,biasanya menyangkut hubungan antara benda atau kejadian dan waktu.Urutannya masa lalu,kini,dan yang akan datang.

Bila pengembangan kalimat topik berhubugan denganjarak (spacial),hal ini biasanya menyangkut hubungan antara benda,peristiwa atau hal,dan ukuran jarak.Urutannya dimulai dari jarak yang paling dekat,lebih jauh,dan paling jauh.Bila pengembangan kalimat topik berhubungan dengan sebab akibat,kemungkinan urutannya sebab dinyatakan lebih dahulu,lalu diikuti akibatya.Atau sebaliknya,akibatnya dinyatakan pertama-tama baru dipaparkan sebabnya.Penyusunan urutan kalimat pengembang yang berdasarkan urutan nomornya dimulai dari kejadian pertama,kedua,ketiga,dan seterusnya.

Contoh :

Pada pagi hari,suasana lingkungan rumah andi begitu indah.Di sekitar rumah,berjejer pohon-pohon yang menambh keteduhan.sementara itu,kicau burung menambah semraknya pagi itu.Di kejauhan,terlihat gunung tangkuban perahu yang penuh misteri.Sungguh,pagi yang indah dan hangat.

C.4 KALIMAT PENEGAS

Kalimat penegas adalah elemen alinea yang keempat dan terakhir.Elemen pertama adalah transisi,elemen kedua adalah kalimat topik,dan elemen ketiga adalah kalimat pengembang.

Fungsi kalimat penegas ada dua.Pertama,kalimat penegas sebagai pengulang atau penegas kembali kalimat topik.Kedua,kalimat penegas sebagia daya penarik bagi para pembaca atu sebagai selingan untuk menghilangkan kejemuan.

Kedudukan kalimat penegas dalam suatu alinea tidak bersifat mutlak.Kalimat penegas ada bila pengarang merasa memerlukannya untuk menujang kejelasan informasi.Kalimat penegas tidak ada bila pengarang memandang kehadirannya tidak diperlukan.Selain itu,kalimat penegas tidak ada bila pengarangmerasa kejelasan informasi tidak terganggi tanpa adanya kalimat penegas.

Bila kita perbandingkan kedudukan kalimat penegas dengan kedudukan kalimat topik dan kalimat pengembang,terdapat beberapa persamaan da beberapa perbedaan.Jumlah kaliamat penegas dan kalimat topik sama.Makna yang terkandung dalam kalimat penegas dan kalimat topic kurang lebih sama,tetapi mungkin diutarakan cengan redaksi yang berbeda.

Eksistensi kalimat penegas tidak mutlak dalam suatu alinea,sedang eksistensikalimat topik dan kalimat pengembang bersifat mutlak dalam setiap alinea.Makna yang terkandung dalam kalimat penegas dan kalimat topik bersifat konkret sebagai penjabaran dari makna kalimat penegas dan kalimat topik.

Sebagai contoh,baca kembali alinea pada subbab C.4.Di akhir alinea tersebut,terdapat kalimat penegas,yaitu kalimat sungguh,pagi yang indah dan hangat.

D. JENIS-JENIS ALINEA

Berdasarkan penempatan ide pokok pada alinea,dapat ditentukan jenis alinea yang akan dibuat.

a.Alinea deduktif

Apabila ide pokok di tempatkan pada bagian awal alinea,maka alinea ini disebut deduktif.

b.Alinea induktif

Apabila ide pokoknya ditempatkan pada bagian akhir,maka alinea ini disebut induktif.

c.Alinea campuran

Alinea yang ide pokoknya secara simultan ditempatkan pada bagian awal dan akhir disebut alinea campuran.Biasanya ide yang terdapat pada bagian akhir merupakan pengulangan ide yang terdapat pada bagian awal.

d.Alinea deskriptif

Pada jenis alinea ini ide pokok tidak ditempatkan pada salah satu kalimat yang membangun alinea karena tidak ada satu pun yang lebih penting daripada ide lainnya.ide pokoknya merupakan kesimpulan tersirat yang tidak dicantumkan pada alinea tersebut.jadi,ide pokok disini tidak dinyatakan secara eksplisit.

Jenis alinea dapat pula ditentukan berdasarkan cara kita mengembangkan ide dan alat Bantu yang digunakan untuk menjaga kesinambungan pengungkapan ide atau keruntunan ide.jenis alinera tersebut adalah :

  1. Alinea definisi
  2. Alinea contoh
  3. Alinea perbandingan
  4. Alinea anlogi
  5. Alinea klimaks atau induktif
  6. Alinea anti klimaks atau deduktif
  7. Alinea campuran
  8. Alinea sebab akibat
  9. Alinea proses
  10. Alinea deskriptif

Berikut ini diberikan contoh untuk setiap alinea.

a. Alinea/Paragraf Definisi

contoh :

  1. Loyalitas pelanggan adalah suatu sikap dan prilaku seseorang untuk tetap bertahan dalam membeli sesuatu pada took yang diyakininya sebagai took yang dapat dipercaya,baik tentang harga maupun tentang kualitas barag.Meskipun banyak took-toko baru yang bermunculan,ia tetap menjadi pelanggan yang setia pada took itu betapapun gencarnya usaha pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan lain,keyakinannya tidak goyah terhadap took yang dilangganiya.

Ide pokok pada alinea atau paragraf ini merupakan suatu definisi yang terdapat pada bagian awal.Jadi, alinea ini merupakan alinea definisi dan juga alinea deduktif.

b. Alinea contoh

contoh :

  1. Perubahan telah terjadi pada industri tradisional.Berbagai jenis peralatan produk baru seperti mesin potong,mesin pres,mesin bor,mesin bubut mesin las kini telah meningkat kapasitasnya dengan berlipat ganda.Kapasitas mesin potong pada industri modern telah banyak meningkat sebanyak ribuan kalilipat selama 1900-an.Hal ini dimungkinkan karena telah ditemukannya logam yang tetap keras meskipun dioprasikan dalam kecepatan sangat tinggi.Disamping itu,telah tercipta pula mesin-mesin peralatan yang sangat kuat untuk mendukung proses tersebut.

Ide pokok pada paragraph diatas dikembangkan dngan menggunakan contoh.ide pokok terdapat pada bagia awal jadi alinea ini juga merupakan alinea deduktif.

c. Alinea perbandingan

Contoh :

  1. Tata cara kehidupan masyarakat primitif berbeda dengan modern.Masyarakat primitive dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dari bahan-bahan yang tersedia dilingkungannya tanpa membelinya.Jika barang yang diperlukannya tidak ada dilingkungannya,maka mereka dapat memperolehnya dari masyarakat tetangganya dengan sistem barter (saling menukar barang).Alat-alat yang diperluka untuk memenuhi kebutuhannya juga diperoleh dari lingkungannya ,yaitu berupa batu,tanah liat,atau pun dahan pohon yang diolah secara manual.Sedangkan masyarakat modern memperoleh kebutuhannya dengan cara membeli barang atau membayar jasa.Alat-alat yang diperlukan merupakan olahan dari pabrik yang juga harus dibeli untuk memeperolehnya.

Ide pokok pada alinea ini terdapat pada bagian awal.Ide diungkapkan secara perbandingan.Pada contoh diatas.ide yang dibandingkan dengan cara memperoleh barang-barang,alat, dan jasa yang diperlukan dalam kehidupan antara masyarakat primitif dan masyarakat modern.

d. Alinea analogi

Contoh :

4. Bahasa bukan merupakan tujuan dalam penulisan karangan ilmiah.Bahsa hanya sebagai alat (komunikasi) agar gagasan ilmiah yang diungkapakan dalam karangan tersebut dapat dipahami oleh pembaca dengan baik.Oleh sebab itu,sebelum karangan itu sampai ketangan pembaca,penulis karang tersebut harus memeriksa bahasa yang digunakannya ,baik dari segi ketetapan pemilihan kata dan istilah maupun dari segi gramatikal satuan-satuan struktur bahasa ,misalnyastuktur satuan kata ,frasa klausa,kalimat,dan alinea atau paragrafnda juga pemakaiaan ejaan dan tanda baca secara tepat.Jika terjadi gangguan atau kerusakan pada unsure-unsur bahasa tersebut,besar kemungkinan pembaca tidak dapatmemahami gagasabn ilmiah yang disampaikannya itu dengan baik.Hal ini dapat diibaratkan dengan kendaraan yang digunakan untuk mencapai tujuan perjalanan yang jauh.Sebelum berangakat,orang yang akan bepergian dengan kendaraan tersebut harus memeriksa kondisi kendaraannya,baik yang berkaitan dengan rem ,versneling,roda,ban,bensin dan sebagainya.kalau perlu orang itu harus membawa kendaraannya ke bengkel untuk diperiksa agar yang bersangkutan selamat sampai ketempat tujuan.

Ide pokok pada paragraf atau alinea diatas terdapat pada bagian awal.Jadi alinea ini termasuk alinea deduktif.Pengungkapan ide dijelaskan dengan membandingkan ide pokok (bahasa sebagai alat )secara analogi dengan menggunakan hal lain yang sama karakternya dengan bahasa sebagai alat dalam penulisan karangan ilmiah,yaitu kendaraan (mobil) sebagai alat untuk mencapai tempat tujuan dengan selamat.

e. Alinea Klimaks atau Induktif

Contoh :

  1. Pendanaan bank diperoleh dari berbagai sumber,yaitu yang bersumber dari pemilik bank,dari masyarakat penanam modal,dari masyarakat sebagai nasabah.Setiap pihak menyandang dana mempunyai kepentingan dalam ropda kegiatan aliran arus dana.Tidak ada di antara mereka yang mau dirugikandalam kebijakan pelasanaan kegiatan tersebut.Masing-masing mengharapkan keuntungan sesuai dengan ketentuan dan cara-cara yang lazim.Oleh sebab itu,majemen perbankan yang sehat memegang peranan penting dalam pengelolaan dana yang meliputi perencanaan,pengorganisasian,penghimpunan,penyaluran,serta pengendalian dana sehingga tidak ada pihak yang dikecewakan.

Ide pokok pada alinea di atas terdapat pada bagian akhir yang merupakan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan yang dikemukakan sebelumnya (klimaks).Pengungkapan ide dijelaskan dengan hubungan sebab akibat.

f. Alinea Anti Klimaks atau Deduktif

Contoh :

  1. Masalah ekonomi yang dihadapi masyarakat adalah masalah keuangan.Produksi barang dan jasa melimpah-limpah ditawarkan kepada masyarakat,sedangkan kemampuan masyarakat untuk membeli dan memperolehnya sangat terbatas.Penghasilan mereka rata-rata jauh lebih rendah daripada kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok.Oleh sebab itu,mereka tidak bisa memperoleh semua barang dan jasa yang diperlukan.

Ide pokok pada alinea diatas terdapat pada bagian awal.Jadi alinea ini termasuk alinea deduktif .Ide dikembangkan dengan hubungan sebab-akibat.Kalimat ketiga menyatakan adanya penyebab masalah ekonomi.Kalimat terakhir mengandung ide yang menyatakan akibat dari pernyataan pada kalimat ketiga.Hal ini dipertegas pula oleh adanya ungkapan penghubung oleh sebab itu sebagai penanda adanya hubungan kolerasi secara eksplisit.

g. Alinea Campuran

Contoh :

  1. Koperasi merupakan badan usaha yang mengutamakan kesejahteraan ekonomi anggotanya.Mencari keuntungan besar tidak menjadi tujuan utamanya.Modalnya dikumpulkan dari anggotanya.Kegiatan usahanya juga dilakukan oleh anggotanya.Keuntungan yang diperoleh badab usaha ini juga diperuntukan bagi anggotanya.Oleh sebab itu,bila usaha ini dilakuka dengan baik dan jujur,koperasi ini betul-betul dapat mensejahterakan keadaan ekonoi anggotanya.

Ide pokok alinea terdapat pada kalimat awal dan akhir.Jadi,alinea ini merupakan alinea campuran alinea deduktif dan induktif yang disingkat dengan sebutan alinea camouran.Ide pada kalimat akhir alinea ini merupakan penegasan bterhadap ide yang diungkapkan pada kalimat awal.Jadi,ide pokok pada alinea ini tetap satu.Kaitan ide antarkalimat yang membentuk alinea ii dinyatakan secara eksplisit,yaitu dengan menggunakan akhiran (-nya) yang mengacu pada koperasi sebagai suatu badanusaha.

h. Alinea Sebab Akibat

Lihat contoh (6) di atas.

i. Alinea Proses

Contoh :

  1. Sebagai suatu fungsi penyediaan jasa,akuntansi merupakan sumber informasi keuangan yang bersifat kuantitatif kepada berbagai pihak yang berkepentingan.Sebagai suatu system informasi,petugas akuntansi (akuntan) melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data keuangan perusahaan.Perusahaan harus selalu mengikuti perkembangan data akuntansi sehari-hari.Hari ini perlu dilakukan sbagi pedoman untuk membuat keputusan ekonomis.

j. Alinea Deskriptif

  1. Suatu lembah dikelilingi tebing terjal yang ditumbuhi oleh berbagai jenis pepohonan.beberapa ekor kera bermain sambil berlompatan di antara batang pohon.Di tengah lembah terdapat sebuah sungai yang airnya jernih dan sejuk.Sungai itu tidak terlalu dalam.beberapa orang remaja berjingkrak menyrbrangi sungai sambil bergurau.Di pinggir sungai juga banyak remaja berjalan-jalan dan ada juga yang sedang mengabadikan pemandangan alam yang indah itu dengan kameranya.Sebagian ada yang duduk di bawah naungan pohon yang rindang sambil bercengkrama.Udara di lembah itui sangat sejuk.Sungguh suatu pemandangan yang indah dengan suasana yang menyenangkan.

Ide pada alinea di atas (9) dikembangkan secara deskriptif.Tidak ada salah satu kalimat yang mengandung ide pokok.Walaupun secara eksplisit tidak dinyatakan ide pokoknya pada alinea ini,pembaca alinea ini dapat mengetahui ide pokoknya adalah suatu lokasi pariwisata yang sangat indah yang sering dikunjungi oleh para remaja pada waktu hari libur.Jadi,ide pokok pada alinea deskriptif tetap ada,hanya tidak dinyatakan secara eksplisit.Ide pokok dapat diketahui pembaca dengan cara menarik kesimpulan dari pernyataan-pernyataan yang diungkapkan pada alinea ini.

E. KRITERIA ALINEA

Bila kita berbicara tentang kualitas suatu alinea,mau tidak mau kita dihadapkan pada seperangkat syarat-syarat alinea yang baik.Beberapa syarat yang harus dipenuhi agar alinea termasuk kategori baik,di antaranya:

(1) Satu alinea terdiri atas beberapa kalimat.

(2) Alinea trsebut mengandung satu ide pokok.

(3) Ide yang diungkapkan dalam kalimat-kalimat yang membangun alinea tersebut saling berkaitan sehingga terlihat koherensi secara berkesinambungan,sereta urutan yang logis dan runtun.

(4) Pengungkapan kelompok ide dalam alinea tersebut merupakan satu kesatuan yang padu.

(5) Alinea tertulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar.

(6) Struktur alinea harus bervariasi disesuaikan dengan latar belakang pembaca,sifat media tempat alinea (karangan) diterbitkan serta sifat dan tuntutan kalimat topik.

BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Ditinjau dari segi kalimat dan ide yang terkandung di dalamnya,alinea dapat didefinisikan sebagai berikut.Alinea adalah seperangkat kalimat yang mengandung sekelompok ide yang saling berkaitan dan bernaung di bawah satu ide pokok.Ditinjau dari segi penampilannya dalam suatu wacana,alinea adalah bagian wacana yang ditandai oleh baris pertama yang menjorok ke dalam atau oleh jarak spasiyang lebih dari jarak spasi baris kalimat-kalimat lainnya.

Berdasarkan penempatan ide pokok pada alinea,alinea dibagi menjadi 4 jenis yaitu alinea deduktif,alinea induktif,alinea campuran,alinea deskriptif.dan berdasarkan cara mengembangkan ide dan alat bantu yang digunakan untuk menjaga kesinambungan pengungkapan ide atu keruntunan ide dapat dibagi dalam sepuluh bagian, diantaranya alinea definisi,alinea contoh,alinea perbandingan,alinea analogi,alinea klimaks atu induktif,alinea anti klimaks atu deduktif,alinea campuran alinea sebab-akibat,alinea proses,alinea deskriptif.

Untuk menyusun alinea secara logis-sistematis diperlukan alat bantu berupa unsur-unsur penyusun alinea,seperti transisi (transition),kalimat topik (topic sentence),kalimat pengembang (development sentence),dan kalimat penegas (punch-line) keempat unsur penyusun alinea tersebut,terkadang muncul secara bersamaan,terkadang pula hanya sebagian yang muncul dalam sebuah alinea.

B. SARAN

Karya yang kami susun ini bukanlah karya yang sempurna tapi sesuatu yang lahir dari kerja keras.tentunya kerja keras penyusun bukan tanpa kekurangan hasilnya ini.maka kami senantiasa mengharapkan masukan dan kritikan rekan-rekan pembaca, dan mudah-mudahan rekan-rekan semua dapat menggali terus konsep mengenai alinea dan keruntunan ide agar kita dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang hal tersebut.Mudah-mudahan dengan terciptanya makalah ini khususnya bagi penyusun umumnya untuk para pembaca bisa mengembangkan atau membuat sebuah alinea yang baik berdasarkan kriteria yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Tarigan,Djago.2009.Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan Pengembangannya.Bandung:Angkasa.

Nazar,Noerzisri A.2004.Bahasa Indonesia dalam Karangan Ilmiah.Bandung:Humaniora Utama Press(HUP).